Selasa, 13 Mei 2008

AS LANCARKAN UPAYA AKHIR TAHUN TEMBUS KEBUNTUAN DI TIMTENG

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 23/12 (ANTARA) - Lewat kunjungan koordinator khusus AS Dennis Ross, Washington berusaha melancarkan upaya akhir tahun guna menembus kebuntuan dalam jalur perundingan Palestina-Israel.

Israel sebelumnya menyambut baik gagasan baru AS untuk menembus kebuntuan mengenai penarikan militer Yahudi dari Al-Khalil di Tepi Barat Sungai Jordan, yang telah lama tertunda itu.

Ross tiba Sabtu (21/12) petang dan dilaporkan langsung mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Jerusalem dan Presiden Palestina Yasser Arafat di Jalur Gaza. Upaya penengahan terakhir Ross gagal bulan Oktober.

Sebelum pertemuan itu, Arafat diberitakan AFP telah memperingatkan bahwa ia akan menentang setiap upaya AS untuk memaksakan konsesi dari pihak Palestina dan tiga bulan perundingan masih tetap "jalan di tempat".

Ia juga sangat prihatin karena AS secara tak langsung menyalahkan Palestina atas kebuntuan mengenai Al-Khalil.

Pihak Palestina memang sempat berbesar hati ketika Presiden AS Bill Clinton mengritik perluasan permukiman Yahudi oleh pemerintah Netanyahu di Tepi Barat, tapi pernyataan Menteri Luar Negeri Warren Christopher agar Palestina memperlihatkan "isyarat baik" mengenai Al-Khalil membuat marah para pemimpin Palestina.

Palestina dan Israel sudah saling menuduh bahwa masing-masing pihak menarik diri dari perundingan mengenai masalah kota para nabi tersebut.

Berdasarkan persetujuan yang ditandatangani Palestina dan pemerintah terdahulu Israel di bawah Partai Buruh, Israel mestinya telah menarik militer dari lebih 80 persen kota Al-Khalil.

Akan tetapi Netanyahu, pemimpin pemerintah sayap kanan Israel yang mengalahkan Partai Buruh dalam pemilihan umum bulan Mei, menghendaki perubahan dalam persetujuan yang ditandatangani tahun 1995 itu.

Netanyahu selalu mengajukan alasan masalah keamanan. Dalam kasus Al-Khalil, ia berkilah ingin melindungi sebanyak 400 pemukim Yahudi di tengah lebih 120.000 orang Palestina.

Namun setelah pertemuan dengan Ross, pemimpin Pemerintah Otonomi Palestina tersebut, sebagaimana dikutip Reuter, mengatakan, "Itu adalah pertemuan yang sangat konstruktif, penting, dan berhasil."

Arafat juga berharap agar "Ross menjadi penengah yang akurat dan tidak bersikap bias serta condong membela Israel".

Sekarang Ross kembali ke Timur Tengah dengan membawa gagasan yang dipusatkan pada empat masalah.

Ross terutama menyoroti masalah tuntutan Israel untuk dapat memburu para tersangka Palestina ke dalam daerah otonomi, pembukaan Jalan Syuhada di jatung kota Al-Khalil yang ditutup bagi orang Palestina, dipersenjatainya polisi Palestina sebagaimana ditetapkan dalam persetujuan asli, dan patroli bersama Palestina-Israel.

Guna menenangkan hati Arafat, Clinton -- sebelum lawatan Ross -- diberitakan mengirim surat untuk meyakinkan pemimpin Palestina itu mengenai "i'tikad baik pemerintah AS sebagai penengah perdamaian antara Palestina dan Israel".

Menteri Pertahanan Israel Yotzhak Mordechai, yang juga bertemu dengan Ross, menyatakan bahwa Pemerintah Otonomi Palestina "akan memahami bahwa tak ada alasan untuk menarik diri lagi".

Dipicu keprihatinan

Christopher, saat mengumumkan misi baru Ross, menyatakan, Amerika Serikat "prihatin dengan situasi dalam proses perdamaian dan merasa sudah tiba waktunya bagi semua pihak untuk mencapai persetujuan mengenai Al-Khalil".

Namun dalam pesan yang sangat keras kepada para perunding, ia mengatakan, "Israel telah melakukan tindakan sehubungan dengan Al-Khalil. Sudah tiba waktunya bagi Palestina, Presiden Arafat, untuk menanggapi tindakan itu."

Tetapi kabinet Palestina, yang mengadakan pertemuan pekan lalu, mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pernyataan "pejabat-pejabat tertentu Departemen Luar Negeri AS yang tidak menggambarkan secara adil kondisi perundingan dan tidak menyadari sikap kepala batu Israel".

Perunding Palestina Hassan Asfour dilaporkan AFP juga tersinggung oleh pernyataan Christopher tersebut dan mengatakan bahwa ia kira takkan ada upaya sungguh-sungguh AS guna menembus kebuntuan mengenai Al-Khalil.

Amerika Serikat, katanya, tidak bersungguh-sungguh dalam upayanya menembus kebuntuan dalam perundingan karena Washington mendorong Netanyahu untuk mempertahankan sikap kerasnya.

Sementara itu Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang terlibat aktif dalam proses perdamaian Timur Tengah, juga membantah bahwa Israel telah memperlunak sikapnya dalam pembicaraan mengenai Al-Khalil, selain kebijakannya untuk melanjutkan permukiman Yahudi.

Kendati dilaporkan "terdapat kemajuan dalam pembicaraan mengenai penarikan militer Israel dari Al-Khalil", Ross -- setelah pembicaraan dengan Arafat -- juga mengakui bahwa masih terdapat perbedaan pendapat antara kedua pihak itu.

Namun ia tetap berharap kedua pihak akan dapat menyelesaikan perbedaan itu, "walaupun sejauh ini kami tak dapat mengatakan bahwa telah ada hasil yang dicapai".

Terlepas dari berbagai upaya yang dilancarkan penaja proses perdamaian Timur Tengah, Duta Besar AS di Israel Martin Indyk berpendapat bahwa sebenarnya yang menjadi penghambat tercapainya persetujuan mengenai Al-Khalil adalah rasa saling tak percaya dan bukan masalahnya. (23/12/96 18:38)

Tidak ada komentar: