Sabtu, 10 Mei 2008

AWAN GELAP PERTEMPURAN TETAP MENGAMBANG DI BOSNIA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 22/12 (ANTARA) - Pertempuran di republik Balkan, meskipun menggerakkan bekas Presiden AS Jimmy Carter ke wilayah tersebut guna menengahi perdamaian, tidak memperlihatkan tanda akan berakhir di penghujung tahun 1994 ini.

Harapan berupa tawaran pemimpin Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, bagi gencatan senjata --yang dipandang oleh Carter sebagai "isyarat" baik-- tidak dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh pemerintah Muslim Bosnia dan beberapa pejabat PBB.

Sebelum lawatan Carter di wilayah itu pemerintah Bosnia dan juga beberapa pejabat NATO, menurut laporan AFP, bahkan sudah menyampaikan keraguan dengan tawaran enam pasal yang diumumkan Carter dan Karadzic.

Sebelum lawatan Carter, kantor berita Reuter melaporkan, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggiatkan rencana dua sasaran di wilayah yang sejak dulu sering bergolak tersebut.

NATO merencanakan untuk membantu pasukan pemelihara perdamaian PBB meninggalkan Bosnia, jika tindakan itu tak terelakkan, tetapi sekaligus menyatakan penarikan pasukan PBB akan mencuatkan ancaman bagi semua pihak yang bertikai di Bosnia.

PBB mengancam akan menarik pasukan pemelihara perdamaian jika embargo senjata atas Bosnia dicabut, tindakan yang telah lama diingini oleh negara-negara Islam.

Sementara pihak-pihak yang telah mengirim pasukan ke Bosnia-Herzegovina menelaah cara mewujudkan perdamaian di republik bekas Yugoslavia tersebut, beberapa pejabat senior PBB dilaporkan UPI membahas tawaran gencatan senjata empat bulan Karadzic.

Gencatan senjata itu, yang dijadwalkan dimulai hari Jumat (23/12), direncanakan akan dipantau oleh Pasukan Perlindungan PBB (UNPROFOR) di sepanjang beberapa ratus mil wilayah perbatasan Bosnia.

Semua pihak yang bertempur di republik tersebut didesak agar mengekang diri dalam aksi militer, terutama di sekitar Bihac di bagian baratlaut Bosnia --tempat pertempuran berkecamuk dengan tak terkendali akhir tahun ini.

Didukung Republik Serbia

Pada saat yang sama Presiden Republik Serbia, Slobodan Milosevic, memberikan tanggapan positif atas "iktikad baik" etnik Serbia Bosnia itu dengan menyerukan pencabutan sanksi atas negerinya.

Republik Serbia, yang bersama-sama dengan Republik Montenegro mempertahankan kehadiran Federasi Yugoslavia, telah memutuskan hubungan dengan etnik Serbia Bosnia.

Sebelumnya, Republik Serbia memberikan dukungan militer kepada etnik pembangkang di Bosnia-Herzegovina tersebut, dan kini ia merasa negerinya pantas memperoleh imbalan atas tindakan itu.

Selain itu, menurut Milosevic, dipertahankannya sanksi atas Republik Serbia hanya akan "menguntungkan kelompok ekstrim".

Ia menggambarkan gencatan senjata tersebut sebagai "keberhasilan yang baik" dan Presiden Serbia itu juga yakin perdamaian akan terwujud di Bosnia paling lambat musim semi mendatang.

Akan tetapi benarkah demikian? Hari Rabu (22/12) dua orang dilaporkan tewas ketika beberapa bom menghantam pasar di ibukota Bosnia-Herzegovina, Sarajevo, dan tujuh orang lagi cedera.

Usul gencatan senjata tersebut disodorkan Karadzic setelah ia menampik rencana perdamaian kelompok kontak interasional mengenai Bosnia.

Rencana itu akan memberi federasi Muslim-Kroasia Bosnia 51 persen wilayah dan Serbia Bosnia 49 persen.

Tetapi orang-orang Serbia Bosnia tak mau menerima rencana tersebut karena mereka saat ini menguasai sebanyak 70 persen wilayah Bosnia dan mengusulkan agar peta kelompok kontak itu disusun ulang.

Seret Jerman

Apapun yang kini terjadi di Bosnia, yang jelas konflik Balkan tersebut telah secara lamban tetapi pasti menyeret Jerman ke peran yang selama ini tak pernah ingin diembannya lagi, peran militer.

Selama konflik Teluk 1990-91 Jerman menjauhkan diri dari keterlibatan militer, tetapi hari Rabu (22/12) Jerman berjanji akan menyumbangkan pesawat terbang, kapal dan awak medis buat NATO jika aliansi Barat itu dipaksa mengungsikan pasukan pemelihara perdamaian PBB.

Kementerian Pertahanan Jerman mengumumkan Bonn telah menawarkan delapan pesawat pembom tempur Tornado yang dilengkapi perangkat pengunci radar, enam pesawat Tornado reguler, dua jet pengawas elektronik dan tak kurang dari 12 pesawat angkut, kapal patroli serta kapal penyapu ranjau.

Jerman juga akan menyediakan satu rumah sakit lapangan dan dua unit medis bergerak kalau pasukan PBB harus meninggalkan republik Balkan itu.

Tindakan Jerman tersebut diumumkan setelah Kanselir Helmut Kohl memperoleh dukungan oposisi lamanya Partai Sosial Demokrat (SPD) untuk mengirim kekuatan militer di luar daerah operasi NATO.

Pasukan Jerman, yang tak pernah terjun ke medan tempur sejak tahun 1945, dapat bergabung dengan pasukan PBB setelah Kohl berhasil menembus rintangan yang mungkin dihadapinya.

Sebelumnya, banyak rakyat Jerman --yang belum melupakan noda negeri mereka pada dua perang dunia lalu-- telah berusaha mengabaikan dan bersikap tak memperdulikan kenyataan bahwa negara mereka sebenarnya sangat kuat untuk bertopang dagu dan menyaksikan krisis seperti Bosnia.

Tetapi di penghujung tahun 1994 ini, ancaman yang terus dihadapi pasukan NATO di kancah pembantaian Bosnia telah menghumbalang semua kilah diplomatik Bonn dan Jerman dihadapkan pada pilihan berat; bahu-membahu dengan sekutunya atau menanggung nista sebagai rekan yang tak dapat diandalkan.
(22/12/94 21:55)

Tidak ada komentar: