Selasa, 13 Mei 2008

BANGLADESH-INDIA CAPAI PERSETUJUAN BERSEJARAH SOAL AIR

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 14/12 (ANTARA) - Bangladesh dan tetangganya, India, mencapai persetujuan bersejarah mengenai pembagian air Sungai Gangga pada penghujung tahun ini, kejadian yang disebut-sebut sebagai obat bagi luka lama dan membuka era baru perdagangan di Asia Selatan.

Perdana Menteri Bangladesh Syeikh Hasina Wajeed dan timpalannya dari India, H.D. Deve Gowda, menandatangani persetujuan 30 tahun hari Kamis (12/12) guna mengakhiri sengketa sejak 1974, ketika India membangun bendungan untuk menahan arus air sungai tersebut di dekat perbatasannya.

Persetujuan itu antara lain bertujuan mengurangi kekeringan yang selalu berulang di daerah perbatasan Bangladesh.

Berdasarkan persetujuan tersebut, Bangladesh akan memperoleh 90 persen air Sungai Gangga selama musim panas dari Maret sampai Mei. Persetujuan itu juga menjamin kedua negara tersebut akan memperoleh jumlah air minimum pada bulan-bulan lain.

Banyak pihak di Bangladesh diberitakan berharap persetujuan itu akan dapat mengakhiri kekeringan selama satu dasawarsa dan mengubah tanah yang menyimpan bencana di bagian barat Bangladesh menjadi lahan subur.

Dhaka menyatakan, para petaninya menghadapi penggurunan secara bertahap akibat kekurangan air pada musim panas dan dilanda banjir pada musim hujan karena arus air tak dapat disalurkan dengan layak akibat bendungan yang dibangun India di Farakka, dekat tempat aliran Sungai Gangga memasuki Bangladesh.

Pertikaian mengenai bendungan di Farakka telah membuat keruh hubungan Dhaka-New Delhi, yang mencapai puncaknya tahun 1971.

Syeikh Hasina, sebagaimana dilaporkan AFP, menyatakan bahwa kunci keberhasilan dalam perundingan mengenai pembagian air tersebut ialah "patriotisme, tanggung jawab kepada negara, penghormatan pada demokrasi, ikut merasakan kesusahan rakyat dan ketulusan".

Persetujuan itu merupakan langkah pertama dan "tonggak sejarah" dalam kerjasama regional.

Hasilnya, menurut seorang pengulas India yang dikutip Reuter, bukan hanya masalah air tapi terbukanya kesempatan baik. "Inilah landasan yang dapat dijadikan tempat berpijak," katanya.

Persetujuan tersebut juga diharapkan dapat membuka pintu baru bagi Bangladesh, bukan hanya dengan India tapi juga dengan negara-negara lain di Asia Selatan.

Sebelumnya, Bangladesh tak peduli dengan tuntutan India untuk menyalurkan air melalui negara bagian penghasil minyak di bagian timurlaut India, Assam.

Persetujuan Sungai Gangga tersebut dapat melicinkan jalan bagi pembicaraan guna menyelesaikan banyak masalah dan meningkatkan hubungan dagang kedua negara itu.

Persetujuan tersebut juga dapat membantu Dhaka membangun bendungan dan mengumpulkan dana dari negara-negara donor.

Sementara itu Syeikh Hasina percaya, persetujuan tersebut akan membuka peluang di bidang "perdagangan, teknologi, dan kegiatan patungan".

Sebanyak 40 juta rakyat Bangladesh, termasuk petani dan nelayan, dapat memperoleh keuntungan dari persetujuan tersebut, selain akan membantu pelabuhan Kalkutta di India.

Persetujuan itu dipandang bukan hanya menyenangkan Syeikh Hasina, tapi juga bersejarah.

Dicela oposisi

Meskipun banyak pihak diberitakan memuji "prestasi" Syeikh Hasina tersebut, namun saingan politiknya, Begum Khaleda Zia --pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), mencelanya.

Syeikha Hasina, menurut Khaleda, "telah masuk ke dalam perangkap India dan telah berkompromi mengenai kepentingan Bangladesh".

Abdul Mannan Bhuiyan, sekretaris jenderal BNP, dilaporkan AFP berkomentar, "Air yang tercemar dapat memasuki Bangladesh selama musim kering".

Namun Syeikh Hasina menepis tuduhan BNP dan mengatakan bahwa yang menjadi sebab kerugian adalah sikap jiwa mereka, kondisi yang harus mereka tinggalkan. "Jika oposisi mengingini sesuatu yang lebih baik, saya akan menyambutnya dengan kedua tangan terbuka," katanya.

Sementara itu partai garis keras, Jamaat-e-Islami, dilaporkan menahan diri dan tidak mengomentari persetujuan tersebut.

Tetapi partai itu hari Jumat (13/12) memperingatkan bahwa pihaknya akan menentang setiap persetujuan yang akan menyerahkan wilayah Bangladesh kepada India.

Terlepas dari pro-kontra pihak Syeikh Hasina dengan oposisi, harapan dilaporkan mulai merebak di Bangladesh bahwa dampak ekologi akibat terputusnya aliran air Sungai Gangga ke negeri tersebut selama dua dasawarsa akan segera berakhir.

Jika "tanpa syarat", persetujuan itu harus disambut baik, demikian komentar seorang ahli air Bangladesh.

Rakyat Bangladesh, menurut dia, mulai sekarang harus merencanakan cara terbaik untuk menggunakan air.

Menteri Sumber Daya Air Bangladesh Abdur Razak mengatakan, Dhaka sedang merancang kebijakan baru mengenai air.

Betapapun juga, ada pelajaran yang dapat diambil dari persetujuan itu yakni, sebagaimana pendapat seorang tokoh Bangladesh, bukti bahwa setiap masalah dapat diselesaikan jika ada i'tikad politik yang baik pada tingkat tertinggi dalam pemerintahan.

Selain itu, konsultasi dapat diadakan kapan saja muncul masalah dan tak ada persetujuan yang terlalu jauh dari jangkauan karena kejadian tersebut hanya akan merugikan semua pihak. (14/12/96 11:35)

Tidak ada komentar: