Rabu, 14 Mei 2008

DOSTUM, GEMBONG AFGHANISTAN UTARA YANG KINI TERANCAM

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 5/10 (ANTARA) - Saat rejim asuhan bekas Uni Sovyet berkuasa di Kabul sampai 1992, pasukannya digunakan untuk memburu Mujahidin, dan ketika rejim itu goyah ia bergabung dengan kelompok yang dulu diperanginya. Sekarang masa depannya tak jelas setelah Talib menguasai Kabul.

Abdul Rashid Dostum, gembong perang yang saat ini menguasai terowongan strategis Salang -- jalan masuk ke Afghanistan Utara dan Asia Tengah -- beberapa tahun lalu di Kandahar di Afghanistan Selatan menggilas pemberontakan rakyat terhadap penguasa komunis di Kabul.

Namun sekarang Dostum menghadapi ancaman militer di kubunya sendiri dari kekuatan baru yang justru "lahir" di Kandahar, faksi santri Talib, demikian diberitakan oleh kantor berita transnasional.

Dalam waktu hanya tiga pekan, Talib telah menguasai seluruh wilayah Afghanistan Timur dan merebut enam ibukota provinsi termasuk ibukota Afghanistan, Kabul.

Dostum menguasai enam provinsi di bagian baratlaut; Badghis, Fariab, Jawzjan, Sar-i-Pul, Balkh dan Samangan, serta beberapa bagian provinsi Baghlan -- terutama Terowongan Salang yang strategis dan menghubungkan Afghanistan Utara dengan Selatan melalui pegunungan Hindu Kush.

Pada 1985, ketika pemerintah komunis asuhan bekas Uni Sovyet berkuasa di Kabul, baku tembak eletus di Kandahar antara pejuang Mujahidin yang menentang Kabul dan kelompok pro-komunis dengan nama milisi Jawzjan.

Faksi Jawzjan ini terdiri atas orang-orang Uzbek dari Afghanistan Utara, yang paling ditakuti Mujahidin karena keberingasan mereka dalam kancah pertempuran dan karena banyak di antara mereka mendapat pelatihan militer dari bekas Uni Sovyet.

Saat itu dilaporkan sudah menjadi pendapat umum bahwa karena kemampuan tempur mereka, anggota Jawzjan dianggap bukan orang Afghanistan tapi sebagai satuan-satuan Uzbek Asia Tengah, bagian dari Tentara Merah Rusia.

Bahkan nyaris tak ada orang yang tahu nama pemimpin milisi tersebut sampai beberapa tahun tahun kemudian ia "pindah haluan" dan bergabung dengan Mujahidin.

Dostum, seorang pria dari provinsi Jawzjan, menurut laporan, hanya sebentar mengenyam pendidikan formal tapi di desanya ia menjadi komandan satuan "Tentara Revolusi" yang memerangi Mujahidin.

Belakangan ia mengisi posisi jenderal di Divisi Infantri Ke-53 yang dipimpinnya dan menjadi "Pahlawan Republik Demokratik Afghanistan" karena keefektifan kekuatan tempurnya.

Demikian tangguhnya para petempur Dostum sehingga mereka menjadi ujung tombak rejim komunis yang dipimpin mendiang presiden Mohammed Najibullah, dan menjadi inti kekuatan pasukan bekas pemerintah di Kabul.

Penguasa utara

Dostum benar-benar muncul ke kancah pertumpahan darah di Afghanistan pada awal 1992, ketika ia menghentikan dukungan bagi pemerintah komunis di Kabul dan memproklamasikan diri sebagai penguasa wilayah otonomi Afghanistan Utara.

Ia juga mewujudkan aliansi militer dengan Ahmad Shah Masood, "Singa Panjshier" yang menjadi panglima perang bekas presiden Burhanuddin Rabbani dan berpangkalan di bagian timurlaut Afghanistan.

Sampai April 1992 pasukan gabungan Masood-Dostum memasuki Kabul bersama-sama dengan kelompok-kelompok lain Mujahidin, setelah Najibullah terguling.

Justru anak buah Dostum-lah yang sebelumnya mempertahankan kekuasaan Najibullah, telah menggagalkan upaya bekas presiden Afghanistan tersebut untuk meninggalkan bandar udara Kabul.

Najibullah kemudian berlindung di markas PBB sampai Jumat (27/9), ketika Talib merebut Kabul dan menghukum mati bekas penguasa asuhan Uni Sovyet itu.

Aliansi Dostum dengan Masood dan kemudian Rabbani berakhir Januari 1994, ketika ia -- setelah terlibat perbedaan pendapat mengenai pembagian kekuasaan dengan Rabbani -- bergabung dengan pemimpin Mujahidin Gulbuddin Hekmatyar dalam upaya kudeta yang gagal untuk merebut Kabul.

Sebelumnya Hekmatyar dikenal sebagai orang yang "tak kenal kompromi dengan kaum komunis".

Yang lebih ironis lagi buat Dostum, sisa anak buah Dostum di Kabul ditangkap oleh Talib ketika faksi cantrik tersebut melancarkan serangan pertama terhadap Kabul awal 1995.

Anggota milisi Uzbek itu belakangan dikirim ke Kandahar, tempat mereka dibebaskan, dan kemudian mereka kembali ke Afghanistan Utara.

Bertempur atau berunding?

Kini saat Talib menyiapkan kekuatan tempurnya di sepanjang perbatasan dengan wilayah Dostum di Afghanistan Utara, terutama Terowongan Salang, spekulasi diberitakan merebak mengenai apakah kedua pihak tersebut akan terlibat pertempuran atau berunding.

Para petempur kedua faksi itu dilaporkan saling berhadapan dengan jarak pemisah daerah tak bertuan sepanjang 20 kilometer di pintu masuk selatan Terowongan Salang.

Namun menurut seorang pejabat di Kabul, faksi santri Talib berharap akan dapat berunding dengan Dostum untuk "mencapai saling pengertian".

"Sampai saat ini kami tidak punya masalah dengan Dostum, tapi kami akan berusaha menyelesaikan masalah melalui saling pengertian," kata Amir Khan Muttaqi, penjabat Menteri Penerangan dan Kebudayaan kepada AFP di Kabul.

Pasukan Talib memasuki Lembah Salang, Senin (30/9), tapi diberitakan tidak terlibat baku tembak dengan pasukan Dostum.

Talib telah mengumumkan bahwa bagaimanapun juga faksi tersebut akan mengibarkan bendera putih, yang menunjukkan keberadaan petempurnya di seluruh wilayah Afghanistan.

Belum jelas apakah Dostum akan berusaha mencapai persetujuan dengan Talib, atau dengan pasukan presiden terdepak Rabbani, yang kini berpangkalan di Lembah Panjshier -- daerah kelahiran Masood.

"Perundingan belum dimulai dengan Dostum, hanya saling mengirim surat saja," kata Muttaqi.

Sebenarnya ada satu masalah rumit, yaitu apakah Talib menganggap Dostum sebagai komunis atau Muslim.

Namun Muttaqi hanya menyatakan pemimpin etnik Uzbek tersebut "telah membantu menggulingkan pemerintah Najibullah" awal 1992.

Ia, menurut Muttaqi, telah mengumumkan dalam beberapa wawancara bahwa "ia adalah Muslim".

"Pertanda baik" bagi Dostum ialah ia telah membantu Mujahidin pada waktu lalu, walaupun ironisnya bantuan itu ditujukan buat Masood dan Rabbani sampai mereka pecah pada 1994.

Masood sendiri telah meledakkan jalan masuk ke Lembah Panjshier, tapi pejalan kaki diberitakan masih dapat melewati celah akibat ledakan tersebut.

Keberhasilan secara dramatis kekuatan militer Talib telah membuat masa depan Masood dan Dostum tak jelas.

Di atas kertas Dostum boleh jadi memiliki kemampuan militer untuk memerangi Talib, walaupun tak ada keterangan mengenai kekuatan Dostum secara pasti.

Dostum juga memiliki bandar udara yang dapat dikatakan sebagai terbaik di Mazar-i-Sharif, Afghanistan Utara,

Ketika pertama kali muncul Talib memiliki 25.000 petempur, yang belakangan dilaporkan bertambah, 200 tank dan tak kurang dari selusin pesawat tempur.

Jika Dostum memutuskan untuk "menghadapi benturan" dengan Talib, kelihatannya ia akan menghadapi ancaman serius dan takkan lolos dari maut tanpa kemenangan militer. (06/10/96 10:59)

Tidak ada komentar: