Rabu, 28 Mei 2008

ERBAKAN MULAI BUKTIKAN JANJI, DEKATI NEGARA-NEGARA ARAB

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 14/8/96 (ANTARA) - Necmettin Erbakan, yang terpilih menjadi perdana menteri baru Turki bulan Juni, mulai membuktikan ucapannya untuk mendekati tetangga- tetangga Arab-nya, dan bukan hanya terlalu terikat pada Barat seperti yang dilakukan para pendahulunya.

Perdana menteri dari Partai Refah itu merintis upayanya dengan mengunjungi Iran, Irak dan Suriah, tindakan yang menandai perubahan drastis kebijakan lama pro-Barat yang dianut Turki.

Banyak pengulas dilaporkan AFP memperingatkan bahwa perubahan kebijakan Erbakan dapat menimbulkan gangguan serius dalam hubungan dengan sekutu terdekatnya, Washington.

Dalam perubahan kebijakan itu, menteri enerji Turki menandatangani kontrak senilai 20 miliar dolar AS dengan Iran, sementara Amerika Serikat sedang berusaha menghimpun dukungan guna mengucilkan Iran dan Libya, dua negara yang dituduhnya menjadi pendukung terorisme.

Presiden AS Bill Clinton awal Agustus menandatangani peraturan yang akan menjatuhkan sanksi atas perusahaan- perusahaan asing yang menanam modal lebih dari 40 juta dolar AS di sektor minyak dan gas di Iran atau Libya.

Erbakan malah berjanji akan meningkatkan hubungan ekonomi antara Teheran dan Ankara.

Iran juga akan menjadi pemasok gas alam terbesar kedua bagi Turki setelah Rusia, menyusul laporan mengenai penandatanganan persetujuan Ankara-Teheran tanggal 12 Agustus.

Berdasarkan persetujuan tahun 1984 dengan bekas Uni Sovyet, Turki telah menerima gas dari Moskow dan tahun 1995 membeli gas sebanyak enam miliar meter kubik dari Rusia.

Persetujuan hari Senin di Teheran tersebut menjadi pedoman bagi pengiriman empat miliar meter kubik gas dari Iran ke Turki mulai tahun 1999, dan pembangunan pipa saluran di Turki.

Jumlah itu akan dinaikkan menjai 10 miliar meter kubik selama tahap akhir kontrak 22 tahun tersebut.

Persetujuan Turki-Iran tersebut tercetus setelah pembicaraan Ankara-Moskow tahun ini macet karena Rusia berkeras minta pembayaran tunai bagi gas yang akan dikirim sedangkan Turki mengingini dilanjutkannya persetujuan sistem barter dengan bekas Uni Sovyet setidaknya separuh dari jumlah pembeliannya.

Turki dan Iran telah merundingkan persetujuan mengenai gas alam sejak awal tahun 1970-an, tapi Teheran bersikap lamban dalam mewujudkan persetujuan sampai beberapa pekan belakangan ini.

Pada gilirannya, Iran menyampaikan keprihatinannya dan mendesak Turki agar mengakhiri kerjasama militernya dengan Israel dan menyampaikan harapan bahwa Islam akan tetap memangku jabatan di Turki.

Keprihatinan mengenai kerjasama militer Turki-Israel juga disampaikan oleh Suriah dan beberapa negara Arab.

Pembicaraan lawatan

Sementara itu, dua menteri Erbakan juga dilaporkan mengunjungi Irak guna mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Baghdad, kejadian yang akan merupakan lawatan tingkat menteri pertama oleh Turki ke Irak sejak tahun 1990.

Selama krisis Teluk tahun 1991, Turki telah mengizinkan wilayahnya dijadikan pangkalan udara pasukan multinasional yang berusaha menghalau tentara Irak dari Kuwait.

Menteri Kehakiman Turki Sevket Kazan, pembantu dekat Erbakan, diberitakan mengatakan hari Ahad bahwa ia akan membahas kemungkinan pertemuan tingkat tinggi guna membicarakan masalah keamanan antara Turki, Irak, Iran dan Suriah.

Pertemuan empat pihak itu terutama ditujukan untuk mengupayakan sikap bersama mengenai bagian utara Irak, yang praktis telah dikuasai suku Kurdi Irak sejak berakhirnya Perang Teluk tahun 1991.

Pasukan multinasional yang dipimpin AS dan berpangkalan di Turki telah memberi perlindungan kepada suku Kurdi Irak dari serangan yang mungkin dilancarkan Baghdad.

Sementara itu Turki dan Iran juga menghadapi pemberontakan suku Kurdi di wilayah mereka.

Lawatan Kazan dan Menteri Pendidikan Mehmet Saglam, menurut laporan, ditujukan untuk meningkatkan hubungan dagang antara Irak dan Turki, dan meningkatkan volume perdagangan sampai mencapai tingkat sebelum embargo PBB.

PBB menjatuhkan embargo atas Irak setelah serdadu Baghdad menyerbu Kuwait bulan Agustus tahun 1990.

"Kami datang ke Irak untuk menghilangkan rintangan yang menghalangi jalan kami akibat embargo PBB," kata Saglam.

Turki juga berjanji akan membantu Irak dalam upaya mengakhiri embargo PBB tersebut, yang telah menghancurkan ekonomi Baghdad dan membuat rakyat negara Abu Nawas itu memasuki tahun ketujuh hidup dalam kesengsaraan.

Ketika ditanya kantor berita Perancis apakah tindakan Turki dapat membuat marah Washington, Kazan menjawab, "Kami memandang masalah dunia dengan mata kami sendiri, bukan dengan mata Amerika Serikat."

Tindakan Turki untuk membina hubungan baik dengan tetangga-tetangganya dipandang banyak pengamat bukan lah tindakan keliru, tapi waktu, bentuk dan sifatnya dianggap tidak tepat.

Langkah Erbakan tersebut tentu saja menyimpan risiko besar dalam hubungannya dengan aliansi lamanya itu, dan Washington telah menyampaikan kritik tajam mengenai lawatan Erbakan ke Teheran. (14/8/96 20:38)

Tidak ada komentar: