Jumat, 09 Mei 2008

INDIA NIKMATI PEMBARUAN RAO, SWASTA BELUM BANYAK BERPERAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 20/6 (ANTARA) - India telah menikmati keberhasilan langkah pembaruan Perdana Menteri P.V. Narasimha Rao --yang mulai memasuki tahun kelima masa jabatannya-- tapi peran swasta dalam kancah ekonomi negeri itu belum terlihat.

Amerika Serikat yang telah lama khawatir, karena selama era Perang Dingin New Delhi lebih condong ke Uni Soviet, kini justru mendekati India. Hal itu berkaitan dengan peluang pasar yang ada, kendati terdapat kekhawatiran bahwa wilayah Asia Selatan memiliki potensi bagi terjadinya ajang nuklir.

Langkah pembaruan Rao oleh beberapa kantor berita transnasional dianggap telah menarik minat banyak penanam modal asing dan lembaga pinjaman internasional.

"Sasaran utama kebijakan luar negeri kami ialah untuk memperluas aliansi ekonomi kami," kata seorang pejabat tinggi pemerintah, Vinod Grover, kepada Reuter di New Delhi.

Bukan rahasia lagi bahwa langkah pembaruan ekonomi dan kebijakan India telah menarik peminat di seluruh dunia, katanya. Secara tak langsung, kejadian tersebut telah memberi India peluang lebih baik dalam menghadapi tetangganya, Pakistan.

Ketika Rao, yang tak mau tunduk pada tekanan luar dalam masalah dalam negerinya, harus bersikap tegas terhadap Pakistan karena munculnya kembali pemberontakan kaum nasionalis. Ia menghindari berbicara dengan keras kepada musuh lama India itu selama empat tahun masa kekuasaannya.

Menurut seorang diplomat Pakistan, berkat langkah pembaruannya, Rao dapat dikatakan telah meraih keberhasilan dalam kebijakan luar negerinya.

Dilip Padgaonkar, komentator televisi dan mantan editor pelaksana harian "The Times of India", mengatakan kepada AFP, "India telah banyak berubah dalam empat tahun terakhir ini dibandingkan dengan 40 tahun sebelumnya."

Namun, Rao dianggap belum mampu menjelaskan revolusi ekonominya dalam bahasa yang dapat difahami rakyat banyak.

Rao juga dikatakan selalu melakukan tindakan tak terduga tanpa memberitahu orang lain.

Sejak memangku jabatan tanggal 21 Juni 1991, Rao telah memusatkan perhatian pada pembaruan ekonomi dan keseimbangan telah berjalan positif.

Inflasi India, yang saat ini berkisar delapan persen, berhasil dikekangnya. Selain itu, devisa luar negeri telah melesat dari satu miliar dolar AS menjadi 21 miliar dolar AS ketika Rao memangku jabatan. Bahkan, penanaman modal asing di India makin mengalir dalam empat tahun terakhir ini.

Pertumbuhan ekonomi negeri tersebut dianggap tidak mengecewakan dengan 5,3 persen pada tahun 1994-1995, sedangkan pada tahun 1991-1992 berkisar satu persen.

"Empat tahun lalu di India, ketidak-seimbangan intern dan ekstern telah mencapai tahap krisis," demikian menurut laporan paling akhir Bank Dunia. "Keadaan telah berubah drastis sejak saat itu, dan perbaikan terjadi lagi selama tahun 1994-1995."

Terkepung

Akan tetapi Rao --yang akan berusia 74 tahun pada tanggal 28 Juni-- telah menjadi orang terkepung sejak bulan Desember, ketika Partai Kongres (I) kalah dalam pemungutan suara di dua negara bagian di selatan, termasuk di tempat kelahiran Rao, Andhra Pradesh.

Bulan Maret, Partai Kongres menderita kekalahan telak atas partai-partai sayap kanan Hindu dalam pemungutan suara majelis negara bagian di Gujarat dan Maharashtra, yang menjadi tempat Partai Kongres berkuasa sejak kemerdekaan India tahun 1947.

Partai tersebut mengalami perpecahan bulan Mei, ketika musuh-musuh Rao melontarkan tuduhan bahwa pembaruan ekonominya "dianggap banyak kalangan sebagai anti-orang miskin", dan pendukungnya dari pihak Muslim keluar dari partai akibat kegagalan pemerintah mencegah perusakan tempat ibadah oleh kelompok militan bulan Desember 1992.

Meskipun Rao berhasil menahan aksi saingan-saingannya di dalam partai, mereka telah bertekad untuk melancarkan serangan. Sementara itu, mereka pun bersiap menghadapi pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.

Namun, Rao diduga akan dapat meloloskan diri dari ancaman di dalam tubuh partainya itu. Alasannya, Rao selama ini berhasil memimpin pemerintah minoritas di tengah situasi pembunuhan.

Rao secara pribadi sedang bersiap mengundurkan diri ketika ia terpilih selama berlangsungnya kampanye bagi pemilihan umum tahun 1991 untuk memilih Partai Kongres, yang menghadapi pukulan berat akibat pembunuhan Rajiv Gandhi oleh pembom bunuh diri bulan Mei 1991.

Rao telah memangku jabatan lebih lama dari perkiraan siapa pun.

Selain berhasil menempatkan negara dengan 900 juta penduduk tersebut di jalur ekonomi baru, Rao juga telah membina hubungan dengan salah satu penentang kuat India, Amerika Serikat.

Ketegangan yang pernah muncul akibat upaya keras India untuk memaksa Rusia dan India membatalkan persetujuan pembelian roket juga berhasil diredam.

Keberhasilan pembaruan India pada akhirnya akan tergantung pada sejauh mana kemampuan pemerintah dalam menarik miliaran dolar AS yang diperlukan untuk memperbaik prasarana dasar, seperti pelabuhan, bandar udara, pembangkit listrik, jalan dan perhubungan.

Jika muncul hambatan kronis, maka hal itu berarti India tak dapat bersaing dengan tetangga-tetangga Asia-nya yang lebih dinamis.

Kekurangan listrik yang berlarut, penundaan berkepanjangan di pelabuhan, dan daftar tunggu bagi pemasangan saluran telefon baru yang bisa memakan waktu bertahun-tahun menjadi tantangan besar pemerintah dalam upayanya mengimbangi langkah negara-negara ekonomi utama di Asia.

Kebutuhan India di bidang prasarana terlihat mampu menarik beberapa perusahaan kondang multinasional, yang sudah lama meninggalkan negara dengan penduduk terbesar kedua di dunia itu sampai pembaruan dilancarkan pertengahan tahun 1991.



Tetapi, pemerintah India yang selama ini kurang memberi informasi mengenai cara melibatkan sektor swasta akhirnya mencuatkan kebingungan dan kekecewaan.

Masalah tersebut diakui G.V. Ramakrishna, anggota vokal Komisi Perencanaan India. Ia berkata, "Pemerintah tidak memiliki kebijakan menyeluruh dan logis guna memungkinkan sektor swasta berperan aktif." (20/06/95 19:53)

Tidak ada komentar: