Selasa, 27 Mei 2008

KRISIS LAUT ARAL JADI TOPIK PEMBICARAAN DI PBB

Duta Besar lima negara Asia Tengah di PBB, Selasa (27/5/08), menyoroti krisis lingkungan hidup yang mendalam dan melibatkan Laut Aral, yang dulu merupakan danau terbesar keempat di dunia tapi mengalami penyusutan seper-sepuluh ukuran normalnya.

Dalam pernyataan mereka masing-masing yang disampaikan dalam satu seminar PBB, utusan tetap dari Uzbekistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Tajikistan dan Turkmenistan, yang negaranya berbagi Basin Laut Aral, secara bulat meminta perhatian dan dukungan dari masyarakat internasional.

Pandangan mereka mengenai parahnya situasi juga diakui oleh para pejabat dari lembaga terkait PBB --Program Pembangunan PBB (UNDP), Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial (DESA) dan Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP)-- yang juga menghadiri pertemuan yang ditaja Uzbekistan tersebut.

"Penggunaan tanpa-batas sumber daya air selama 50 tahun terakhir, yang dimulai pada era Uni Sovyet, telah mengakibatkan salah satu bencana terbesar dalam sejarah modern --keringnya salah satu bendungan air alam paling indah di planet kita-- Laut Aral," kata Duta Besar uzbekistan Alisher Vohidov, yang memimpin pertemuan itu, sebagaimana dilaporkan.

Menurut Vohidov, volume Laut Aral telah menyusut hampir 10 kali lipat, dan permukaan air telah menyusut lebih dari 4 kali lipat. Permukaan air telah anjlok lebih dari 29 meter, dan garis pantai telah bergeser puluhan kilometer.

Kendati sejauh ini ada berbagai upaya, "jauh lebih sedikit upaya telah dilancarkan untuk benar-benar memperbaiki lingkungan hidup di laut yang mengering itu dan sekitarnya atau untuk meningkatkan kondisi kegiatan di tingkat regional serta internasional", katanya.

"Berbagai upaya oleh negara Asia Tengah belum menghasilkan gerakan efektif masyarakat internasional dalam penanggulangan bencana yang berkembang," katanya.

"Akibatnya ialah serangkaian masalah demografik, sosial-ekonomi dan ekologi telah muncul di wilayah Laut Aral," katanya. "Asalnya dan selanjutnya parahnya konsekuensinya telah menimbilkan ciri global dan internasional."
Vohidov, yang mengutip berbagai masalah seperti penyebaran penyakit, kekurangan air minum, penggurunan dan penurunan kualitas biologi di wilayah itu, mendesak bantuan dari masyarakat internasional.

"Hari ini jadi jelas bahwa tanpa perluasan serius bantuan keuangan dan teknis oleh donor internasional, jelas tak mungkin untuk memperbaiki wilayah Laut Aral dan menyelesaikan maslah yang paling menonjol," katanya.

Duta Besar Tajikistan untuk PBB Sirodijidin Aslov mengumandangkan pandangan rekannya dari Uzbekistan.

Meskipun situasi ekologi di daerah itu mungkin tak dapat dipulihkan ke kondisi awalnya pada 1960-an, Aslov mengatakan berbagai upaya harus dilakukan guna mencegahnya bertambah parah.

"Masalah ini dapat diselsaikan kalau ada kerjasama efisien regional dan dukungan kekuangan yang layak atas nama masyarakat internasional," kata Ashlov.

Kori Udovicki, pemimpin cabang UNDP di Eropa, mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa situasi Laut Aral "barangkali adalah salah satu yang paling akut ... krisis lingkungan hidup di dunia".

Tak seperti tsunami, gempa bumi dan topan, krisis itu sendiri tak menyulut "perhatian mendesak dan segera"," katanya. "Tetapi tetap saja, itu memang memerlukan reaksi terpadu dan kokoh dari seluruh masyarakat internasional.

Vohidov mengumumkan rencana negara-negara Asia Tengah untuk mengajukan rancangan resolusi mengenai Laut Aral pada sidang ke-63 Majelis Umum PBB, yang memiliki 192 anggota dan masa tugasnya berakhir September ini.

"Mengingat pentingnya bagi negara Asia Tengah untuk memperhatikan masalah parah ini, kami harap negara anggota PBB akan mendukung gagasan ini," kata utusan Uzbekistan tersebut.

Seminar satu-hari itu diselenggarakan sebagai kelanjutan dari konferensi internasional pada 12 Maret di ibukota Uzbekistan, Tashkent, yang bertujuan mendorong kerjasama internasional guna menanggulangi krisis Laut Aral.
Sebagai acara yang sejalan, pameran foto yang mencela dampak parah ekologi dari krisis itu dibuka Selasa oleh misi Uzbekistan di Markas PBB di New York.

Tidak ada komentar: