Rabu, 28 Mei 2008

LEBED LAHIRKAN HARAPAN, PERANG BELUM REDA DI CHECHNYA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 17/8 (ANTARA) - Upaya "pemicu perdamaian" Rusia-Chechnya, Alexander Lebed, mengakhiri konflik di Chechnya memperlihatkan hasil menggembirakan tapi pertempuran belum tampak akan reda di republik separatis di Kaukasus itu.

Dalam pembicaraan dengan pemimpin separatis, Zalimkhan Yandarbiyev, Lebed berhasil membina rasa saling-percaya antara Moskow dan Grozny.

Seusai pembicaraan dengan pemimpin dewan keamanan Rusia itu hari Kamis (15/8), Yandarbiyev dilaporkan mengakui bahwa mereka saling percaya, tapi diperlukan kesabaran "untuk saling mendengarkan".

Sebelumnya Lebed bertemu dengan kepala staf militer separatis Chechnya, Aslan Maskhadov, dan pertemuan tersebut menghasilkan gencatan senjata kendati rapuh bagi seluruh republik Kaukasus itu.

Namun, komando militer Rusia melaporkan dua prajuritnya tewas dan 12 lagi cedera dalam bentrokan Rabu malam (14/8) dengan pejuang Chechnya di Grozny.

Lebed, yang didampingi Presiden Republik Ingushetia, Ruslan Aushev, menyatakan telah membahas semua masalah guna mewujudkan perdamaian dengan Yandarbiyev dan Maskhadov.

Lebed, sebagaimana dilaporkan AFP dan Reuter, mengkonfirmasi bahwa persetujuan telah dicapai mengenai pembentukan komisi penyelia guna menjamin bahwa "pemantauan ketat dilakukan oleh kedua pihak tersebut mengenai kondisi gencatan senjata".

Selain itu, satu dewan penyelia yang terdiri atas para kepala staf keamanan dari republik-republik tetangga Chechnya -- Dagestan, Ingusethia, dan Kabardino-Balkaria -- juga dibentuk.

Tujuan melibatkan republik-republik itu ialah untuk menjamin otoritas dewan tersebut.

Tugas tentara Rusia

Terlepas dari upaya perdamaian Lebed, tentara Rusia menghadapi tugas berat dalam upaya merebut kembali ibukota republik separatis itu.

Dalam pertempuran yang telah berlangsung selama lebih dari satu pekan di jalan-jalan kota Grozny, tentara Rusia -- yang mendapat dukungan pesawat tempur, helikopter bermeriam, dan serangan artileri -- hanya berhasil merebut "segelintir" daerah yang dikuasai pejuang Chechnya.

Pada 15 Agustus, tak kurang dari 200 kendaraan lapis baja Rusia diberitakan bergerak ke arah pangkalan utama tentara Moskow di Khakala di ujung kota Grozny.

Kejadian tersebut ditafsirkan wartawan asing di daerah itu sebagai persiapan tentara Rusia untuk menghadapi pertempuran lama.

Sebelumnya tentara Rusia digembar-gemborkan takkan menyerah dalam upaya merebut kembali Chechnya dan akan bertempur selama yang diperlukan guna meredam upaya separatis di republik itu.

Namun Lebed dilaporkan terkejut menyaksikan kondisi pasukan Rusia di wilayah itu.

"Makhluk-makhluk yang patut dikasihani ..., yang menjaga pos-pos Rusia di sana tak dapat menjadi wakil militer dan pasukan kementerian dalam negeri," kata Lebed setelah kembali ke Moskow sebagaimana dilaporkan Reuter. "Siapapun melihat orang-orang yang berada di sana bersikap acuh-tak-acuh dan lelah, kurang mendapat bimbingan, dan moral mereka rendah."

Sementara itu ia menggambarkan gerilyawan Chechnya sebagai "pejuang-pejuang yang bagus" dan memiliki tekad kuat untuk berjuang demi negara mereka.

Pejuang Chechnya, yang melancarkan serangan mengejutkan tanggal 6 Agustus -- setelah merembes masuk ke dalam kota Grozny dalam jumlah besar-- diberitakan memiliki semangat tinggi untuk mengobarkan perang gerilya.

Mereka dilaporkan sepenuhnya mengendalikan pertempuran di Grozny dan mampu melancarkan serangan dari berbagai tempat, sementara pasukan Rusia hanya dapat bergerak dengan naik kendaraan lapis baja dan nyaris tidak tahu mengenai kondisi geografis kota tersebut.

Pasukan Rusia menguasai Grozny, Februari 1995, setelah dua bulan serangan sengit artileri dan pemboman udara, yang membuat bangunan di kota itu rata dengan tanah.

Orang pertama

Kini sementara kondisi pasukan Rusia dilaporkan "kedodoran", Lebed -- yang mendapat wewenang penuh dari Presiden Rusia Boris Yeltsin -- mungkin akan menjadi satu- satunya tokoh Kremlin yang mampu mengakhiri pertempuran yang telah mempermalukan Rusia itu.

Jika berhasil menghentikan pertumpahan darah, Lebed berarti akan meraih keberhasilan yang telah gagal dicapai banyak tokoh sebelum dia, termasuk Yeltsin sendiri dan Perdana Menteri Viktor Chernomyrdin.

Satu persatu menteri Rusia dicopot dari jabatan karena dinilai bertindak ceroboh selama 20 bulan usaha untuk meredam upaya separatis di republik kecil itu.

Persetujuan perdamaian pernah dicapai Yeltsin dan Yandarbiyev sebelum presiden Rusia itu menang kembali dalam pemilihan umum bulan Juli berantakan. Komisi Negara, yang digalang Chernomyrdin, di Chechnya, gagal menunaikan tugasnya menyelesaikan krisis di republik itu.

Sekarang Lebed mewarisi semua kekuasaan Chernomyrdin dan memiliki otoritas untuk "menyatukan semua unsur kekuatan eksekutif federal yang terkait guna mengakhiri pertumpahan darah di Chechnya".

Secara teori ia dapat menginstruksikan kementerian dalam negeri dan kementerian pertahanan untuk menghentikan pertempuran dan menarik pasukan, kendati banyak pengulas dilaporkan ragu bahwa Lebed akan dapat menerapkan wewenangnya.

Soalnya, Yeltsin saja pernah tak digubris ketika ia memerintahkan penghentian pemboman terhadap desa-desa Chechnya.

Namun sebagian pejuang Chechnya diberitakan merasa optimistis bahwa Lebed dapat menghentikan "sisi pertempuran" yang dikobarkan Moskow, yang mereka tuduh ingin konflik Chechnya berlangsung terus. (17/08/96 09:28)

Tidak ada komentar: