Jumat, 09 Mei 2008

MUNGKINKAH RABIN MENYERAHKAN SELURUH TEPI BARAT?

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 29/10 (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin baru saja menyerahkan rencana "baru" Israel bagi penarikan serdadu Yahudi dari wilayah-wilayah otonomi Palestina, tapi tuluskah keinginannya menyerahkan seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan kepada rakyat Palestina?

Pertanyaan semacam itu selalu bergaung dalam diri rakyat Palestina dan juga orang-orang luar yang mengamati perkembangan persetujuan otonomi PLO-Israel tahun 1993.

Sejak penandatanganan Persetujuan Prinsip-prinsip di Washington sekitar dua tahun lalu, pemerintah Israel selalu menunda-nunda penerapan selanjutnya persetujuan tersebut.

Israel memang telah menyerahkan Jalur Gaza dan kota kecil Jericho (Ariha) di Tepi Barat kepada pemerintah otonomi Palestina.

Namun masalah pemilihan umum dewan pemerintahan Palestina sampai sekarang belum terlaksana. Mulanya masalah itu direncanakan berlangsung Desember tahun lalu, berdasarkan persetujuan yang ditandatangani "dua sepupu" tersebut di Oslo.

Beberapa saat menjelang pelaksanaan pemilihan umum pemerintah Israel mengajukan penundaan dengan alasan penarikan tentara Yahudi dari wilayah-wilayah otonomi -- yang ditetapkan harus dilaksanakan sebelum pemungutan suara -- sulit dilaksanakan.

Kesulitan muncul tak lain dari masalah yang berkaitan dengan keamanan orang-orang Yahudi di wilayah-wilayah itu.

Sejak pemerintahan bekas perdana menteri dari partai garis keras Likud, Yitzhak Shamir, jumlah orang Yahudi di wilayah-wilayah tersebut terus membengkak, karena kebijakan pemulangan orang Yahudi pemerintah Shamir dari seluruh penjuru dunia.

Keamanan bagi mereka kini menjadi penghambat utama penerapan tahap kedua persetujuan perdamaian PLO-Israel.

Di Jakarta beberapa waktu lalu seorang anggota parlemen Jordania dari oposisi Dr. Bassam Al-Oumoush menyatakan Ketua PLO Yasser Arafat sebenarnya tidak diberi wilayah untuk menerapkan pemerintahan, karena Jalur Gaza adalah daerah paling bergolak.

Sementara itu Jericho -- meskipun subur dan memiliki aneka macam tanaman -- hanyalah satu kota kecil yang "dikepung" daerah Yahudi.

Rakyat Paletisna terancam

Di pihak pemukim Yahudi sendiri, keselamatan mereka sebenarnya tidak benar-benar terancam karena pemerintah Israel justru mempersenjatai mereka dengan senapan otomatis.

Bukti bahwa mereka justru mengancam keselamatan rakyat Palestina telah terlihat ketika pengikut aliran Kach di Al-Khalil memberondong orang-orang Palestina yang sedang shalat Subuh, Februari tahun lalu.

Dr. Baluch Goldstein, pengikut aliran itu yang berpendapat bahwa membunuh orang Palestina adalah perbuatan yang mengandung "pahala", tewas dikeroyok orang-orang yang marah setelah puluhan saudara mereka dibantai di dalam masjid.

Setelah kejadian tersebut, orang-orang Palestina malah dicap biadab dan Baluchstein disanjung sebagai pahlawan.

Dalam persetujuan yang dicapai belakangan antara PLO dan Israel ditetapkan Israel takkan menarik tentaranya dari beberapa bagian kota Al-Khalil -- tempat tinggal 450 pemukim Yahudi di tengah lebih dari 100.000 orang Palestina.

Kehadiran pemukim Yahudi yang kebanyakan adalah pengikut aliran fundamentalis Kach di kota tersebut mengganggu dan mengancam keselamatan orang Palestina, kata Walikota Al-Khalil Mustafa Natsheh belum lama ini.

Tetapi mungkinkan Israel akan mengubah kebijakannya dan "melepaskan" masjid Ibrahim -- tempat makam Nabi Ibrahim A.S. dan anak-anaknya, yang juga menjadi "cikal-bakal" bangsa Yahudi?

Daerah kantung rawan lain di Tepi Barat ialah Ramallah, sementara Jericho saat ini praktis tenang.

Ramallah -- yang dianggap oleh banyak kalangan akan menjadi ibukota sementara pemerintah otonomi Palestina -- sebenarnya diperkirakan akan memperoleh keuntungan ekonomi dengan datangnya arus pejabat pemerintah.

Tak rela

Awal tahun ini Rabin telah menyatakan kembali bahwa pemerintah Israel akan menentang setiap upaya untuk mewujudkan penarikan penuh Israel dari Tepi Barat, dataran subur yang direbut penguasa Yahudi pada 1967.

Ia menegaskan bahwa sejak dulu ia tak pernah dan sekarang pun takkan mendukung penarikan dari 67 jalur di Tepi Barat.

Sekali lagi dengan alasan keamanan, ia menyatakan Israel "harus mempertahankan daerah-daerah Tepi Barat" -- yang berbatasan dengan Jordania.

Ia menghendaki dipertahankannya perbatasan dengan Jordania itu dan menjadikan Sungai Jordan sebagai garis keamanan negara Israel. Di salah satu bagian Sungai Jordan tersebut, menurut sejarah Kristen, Yesus dibaptis dan tempat itu kini menjadi salah satu objek wisata di Israel.

Tak heran jika pemerintah Israel ingin mempertahankan Tepi Barat karena daerah itu lebih subur dibandingkan dengan wilayah lain Israel.

Di daerah tersebut dapat ditemukan bermacam jenis pohon dari pohon kurma, sampai pohon mangga, zaitun dan pisang. Daerah tersebut juga memiliki banyak kolam-kolam air -- bahan yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan.

Selain kesuburannya, di sekitar Tepi Barat juga terdapat banyak tempat suci umat Kristen seperti Nazareth dan Cappernaum -- dua tempat yang kini menjadi daya tarik pariwisata dan memberi sumbangan kepada penguasa di wilayah-wilayah itu. (29/10/95 08:28)

Tidak ada komentar: