Rabu, 14 Mei 2008

PASUKAN DOSTUM KELUAR DARI SARANG

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 24/10 (ANTARA) - Upaya faksi santri Talib untuk mencegah pasukan gembong Afghanistan Utara terlibat pertempuran memeranginya tampaknya mengambang di udara karena Kamis pasukan Jenderal Abdul Rashid Dostum dilaporkan untuk pertama kali menyerang jalan tembus penting dekat Kabul.

Sejak menguasai Kabul 27 September, Talib berusaha menghindari benturan dengan Dostum dan pekan keempat Oktober faksi itu malah menerima usul gencatan senjata Dostum.

Selama ini Talib, yang pertama kali muncul di Kandahar --bagian baratdaya Afghanistan-- dengan nama Mullah Talibat, berusaha menghindari keterlibatan pasukan Dostum dalam upayanya memburu pasukan bekas pemerintah Presiden Burhanuddin Rabbani.

Faksi yang dipimpin Mullah Mohammad Omar tersebut tampaknya menyadari kalau sampai pasukan etnik Uzbek yang dipimpin Dostum bertempur di pihak Rabbani, faksi santri tersebut akan menghadapi kesulitan besar.

Akan tetapi setelah terusir dari Kabul, Rabbani mencapai aliansi pertahanan dengan Dostum dan kini Talib mulai menghadapi "buah" aliansi itu meskipun telah berusaha menerima tawaran gencatan senjata Dostum.

Namun, persetujuan guna mengakhiri pertumpahan darah lebih lanjut tersebut tak kunjung terwujud karena Talib keberatan dengan usul menjadikan Kabul sebagai daerah demiliterisasi.

Serangan paling akhir pasukan gabungan panglima militer bekas pemerintah Afghanistan Ahmad Shah Massood- Dostum terjadi justru saat tekanan bertambah keras atas Talib.

Gempuran tersebut kelihatannya ditujukan untuk memotong jalur pasukan Talib untuk mundur ke ibukota Afghanistan, Kabul.

Jalan Baru dan Jalan Lama, menurut laporan AFP, adalah dua jalur utama ke utara dari Kabul.

Pasukan Massood juga dilaporkan mengerahkan balabantuan personel dan perlengkapan ke wilayah itu Selasa (22/10) sebelum serangan yang melibatkan pasukan Dostum dilancarkan terhadap Talib.

Aliansi anti-Talib tersebut juga menuntut para petempur faksi cantrik itu meninggalkan Kabul sebagai prasyarat bagi gencatan senjata.

Aliansi tersebut menghendaki Kabul didemiliterisasi dan diserahkan kepada pasukan PBB atau pasukan perdamaian internasional, tapi Talib telah menyatakan akan "bertempur sampai titik darah penghabisan guna mempertahankan ibukota Afghanistan itu".

Tak tersentuh perang

Sejak 1994, wilayah Dostum --yang pasukannya mendapat pelatihan dan dukungan militer dari bekas Uni Sovyet-- dapat dikatakan tak terjamah perang.

Mazar-i-Sharif, "ibukota" Afghanistan Utara yang menjadi basis kekuatan Dostum, terletak jauh dari ajang pertumpahan darah antar-Mujahidin sejak tergulingnya pemerintah asuhan bekas Uni Sovyet yang dipimpin bekas Presiden Najibullah di Kabul 1992. Najibullah dihukum mati setelah Talib menguasai Kabul 27 September.

Wilayah Afghanistan Utara juga tak terjangkau "hukum Syari'ah" tak kenal kompromi yang diberlakukan Talib di setiap wilayah yang dikuasainya.

Dostum telah memerintah wilayah otonomi Afghanistan Utara dan Mazar-i-Sharif, sekitar 400 kilometer dari Kabul, pun berkembang karena pertumbuhan ekonominya.

Menurut AFP, Dostum juga menyiagakan tank baru T-55 dan T-72 di berbagai tempat tersembunyi.

Dostum, yang dilaporkan kini mendapat dukungan dari republik bekas Uni Sovyet di Asia Tengah dan Rusia, sekarang menjadi tumpuan faksi Afghanistan untuk mewujudkan aliansi.

Bagi negara bekas Uni Sovyet, Dostum dapat menjadi "palang pintu" dalam membendung kemungkinan meluasnya pertempuran ke wilayah Asia Tengah.

Bagi faksi Mujahidin, pasukan Dostum --yang diperkirakan berjumlah beberapa puluh ribu personel-- dapat menjadi tulang punggung kekuatan.

Namun, sejak tergulingnya pemerintah Najibullah, Dostum tak pernah menunjukkan sikap setia kepada faksi mana pun.

Setelah pejuang Mujahidin menguasai Kabul, Dostum beraliansi dengan Rabbani dalam memerangi pasukan bekas Perdana Menteri Hekmatyar, Hezb-i-Islami, yang beraliansi dengan faksi Syiah Hezb-i-Wahdat.

Tetapi, belakangan Dostum beralih dan beraliansi dengan Hekmatyar memerangi pasukan Rabbani, yang dimotori oleh Massood.

Setelah sekitar dua tahun tak juga berhasil mengusir pasukan Rabbani dari Kabul, aliansi Hekmatyar-Dostum seperti "hidup tidak, mati tak mau" dan Hekmatyar harus berhadapan dengan pasukan Rabbani, sementara dukungan hanya diperolehnya dari para petempur Hezb-i-Wahdat.

Sekarang, setelah pasukan Hekmatyar dan Rabbani harus menguras tenaga sesudah saling tempur sendiri lalu berhadapan dengan para petempur Talib, pasukan Dostum disebut-sebut "masih segar".

Selain milisi Dostum, yang diberi nama Jumbush-i-Mili, beberapa tokoh lain Mujahidin selama ini seperti "ditelan bumi", sementara perang Afghanistan --yang sempat dilupakan masyarakat internasional --berkecamuk terus.

Nama seperti tokoh kharismatik Yunus Khalis atau Sibghatullah Mojaddedi selama beberapa tahun ini seperti "hilang" dari kancah pertempuran Afghanistan, sementara perhatian dunia tertuju pada Talib dan tindakan yang mungkin dilakukan Dostum.

Tokoh-tokoh tersebut beberapa tahun lalu dilaporkan membentuk dewan bernama Majelis Asy-Syura di Peshawar, Pakistan, guna mengakhiri pertumpahan darah antar-Mujahidin.

Namun, majelis itu tampaknya tak pernah dapat melaksanakan fungsinya, sementara pertempuran berkecamuk terus antara kelompok Hekmatyar dan Rabbani.

Sementara itu, Talib kelihatannya mulai "uring-uringan" dan dilaporkan menuduh Rusia, Iran, serta India, melakukan "agresi terhadap pemerintahnya".

Alasannya ialah Rusia dan Iran secara terbuka mengumumkan bahwa kedua negara itu tetap mendukung pemerintah Rabbani, sedangkan India selama ini bungkam tapi diduga takkan mendukung Talib. (25/10/96 09:34)

Tidak ada komentar: