Rabu, 28 Mei 2008

PEKERJAAN RUMAH LEBED, KUKUHKAN GENCATAN SENJATA CHECHNYA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 23/8/96 (ANTARA) - Presiden Rusia Boris Yeltsin, yang kondisi kesehatannya menjadi tanda tanya, dan kepala dinas keamanannya Alexander Lebed kini menghadapi tugas untuk membuat gencatan senjata di Chechnya jadi permanen.

Setelah dua hari istirahat, Yeltsin pada Jumat (23/8) dilaporkan Reuter kembali memusatkan perhatian pada masalah gencatan senjata yang dirancang Lebed bagi republik separatis Chechnya.

Sebelumnya, ketidak-hadiran Yeltsin di hadapan masyarakat menimbulkan bermacam spekulasi mengenai kondisi kesehatan pemimpin Kremlin yang baru dilantik untuk masa jabatan kedua tersebut.

Sementara itu, Lebed dilaporkan AFP masih harus meyakinkan kementerian keamanan, terutama kementerian dalam negeri Rusia, yang meragukan keberhasilan upayanya mewujudkan kedamaian di Chechnya.

Persetujuan gencatan senjata itu dicapai Kamis (22/8) petang, dan menghasilkan langkah pertama pembangunan markas gabungan militer Rusia-petempur Chechnya di Grozny, yang diserang pejuang Chechnya tanggal 6 Agustus 1996, dan dilanjutkan dengan penarikan tentara Moskow dari daerah pegunungan di bagian selatan republik Kaukasus utara itu.

Gencatan senjata tersebut dijadwalkan berlaku Jumat siang waktu setempat.

Sebelumnya, upaya Lebed diselimuti awan gelap oleh percekcokan antara dia dan Menteri Dalam Negeri Rusia Anatoly Kulikov.

Kulikov, yang membawahi sebagian besar pasukan Rusia di Chechnya, dipandang banyak kalangan bertindak dengan tangan besi dalam menangani krisis Chechnya, dan tindakanya dikecam Lebed, yang pertengahan bulan Agustus menuntut pemecatan Kulikov.

Pertikaian antara kedua orang itu terjadi setelah berkecamuknya pertempuran paling berdarah dalam 20 bulan krisis di republik separatis tersebut.

Pasukan kementerian dalam negeri Rusia telah terlibat pertempuran bersama tentara reguler di Chechnya.

Lebed bulan Agustus ini melakukan lawatan ke Chechnya, tindakan mengundang pujian dari pemimpin separatis Zelimkhan Yandarbiyev. Lebed juga mengadakan pembicaraan dengan komandan lapangan separatis Aslan Maskhadov.

Yandarbiyev berkomentar bahwa pembicaraannya dengan Lebed bersifat "positif dan konstruktif, dan Lebed memiliki peluang besar dalam mewujudkan perdamaian di Chechnya serta seluruh wilayah Kaukasus utara".

Namun, percekcokannya dengan Kulikov berlum berakhir. Menteri dalam negeri Rusia tersebut menuduh kepala staf keamanan Moskow itu "gila kekuasaan".

Lebed juga menghadapi tugas berat dalam meyakinkan Yeltsin, yang memberinya kekuasaan penuh untuk mencapai perdamaian dengan separatis Chechnya.

Yeltsin hari Kamis dilaporkan menyambut keberhasilan Lebed dengan sikap "hangat-hangat kuku", dan menganggap kemajuan ke arah berakhirnya perang Chechnya berjalan sangat lamban.

Seorang pengulas militer di Moskow mengatakan kepada AFP bahwa Yeltsin kadangkala mendukung cara-cara non- militer, tapi pada saat lain menyokong dilanjutkannya pertempuran guna menggilas aksi separatis.

Keprihatinan dan kecaman

Sebelumnya, masyarakat internasional dilaporkan prihatin menyaksikan pertempuran yang berkecamuk lagi di Chechnya, apalagi setelah komandan militer Rusia di republik itu mengancam akan melancarkan serangan habis-habisan terhadap Grozny.

Ultimatum tersebut tentu saja membuat "kalang-kabut" penduduk sipil dan dikecam oleh Menteri Pertahanan Rusia Igor Rodionov, yang mendukung upaya Lebed di Kaukasus.

Kementerian Luar Negeri di London diberitakan merasa sangat prihatin dengan perkembangan keadaan di Grozny, dan berpendapat jalan keluar bagi krisis Chechnya terletak pada dialog dan bukan pada konfrontasi.

Keprihatinan juga disampaikan negara-negara Eropa, yang menyerukan kedua pihak dalam konflik Chechnya agar kembali ke meja perundingan.

Sementara itu, AS menganggap komandan militer Rusia di Chechnya, Jenderal Konstantin Pulikovsky telah mengeluarkan ancaman menakutkan mengenai cara ia akan menangani keadaan di republik Kaukasus tersebut.

Diplomat-diplomat AS di Moskow dilaporkan berusaha secara seksama untuk berusaha mencegah krisis Chechnya bertambah parah.

Di dalam negerinya, kebijakan Lebed dinilai sebagai kekalahan paling buruk dalam hampir dua tahun pertempuran di Chechnya. Yeltsin mengirim pasukan guna meredam aksi separatis Chechnya, yang saat itu dipimpin "mendiang" Dhzokhar Dudayev, bulan Desember 1994.

Persetujuan gencatan senjata tersebut juga dianggap sebagai penyerahan, tanpa mengacuhkan pemerintah angkatan Rusia di Grozny.

Lebed bahkan dianggap menangguk keuntungan dari ketidakpastian dalam kebijakan Rusia mengenai Chechnya.

Selain menghadapi kecaman di Rusia, Lebed juga masih menghadapi tugas berat dalam merundingkan berbagai aspek persetujuan perdamaian menyeluruh, terutama masalah kedaulatan Chechnya, yang selama ini menjadi perintang utama menuju perdamaian.

Gagasan perdamaian terdahulu, yang disebut-sebut memiliki jangkauan luas, gagal mengakhiri pertumpahan darah, dan masing-masing pihak saling tuduh pihak lain sebagai pelanggar gencatan senjata.

Persetujuan perdamaian yang dicapai tahun 1995 juga berantakan ketika komandan Rusia di Chechnya saat itu, Jenderal Anatoly Romanov, menjadi sasaran serangan bom mobil dan nyaris menewaskannya di Grozny.

Gagasan perdamaian Yeltsin, yang menawarkan otonomi lebih besar bagi Chechnya "dibandingkan dengan republik lain dalam federasi Rusia", tanggal 31 Maret tahun ini juga tak berumur panjang.

Berbagai perundingan sebelumnya, guna mengakhiri krisis Chechnya, selalu membentur kebuntuan mengenai masalah status politik republik Kaukasus tersebut.

Pejuang separatis Chechnya berkeras menghendaki kemerdekaan, sedangkan Rusia tak mau mengizinkannya.

Namun, Lebed dilaporkan dapat menghidupkan harapan bagi berakhirnya pertempuran Chechnya, dan pihak separatis optimistis mengenai masalah kedaulatan dan menyatakan kedua pihak tersebut mendekati titik kompromi.

Sebelum mengemban misi perdamaiannya di Chechnya, Lebed telah mengatakan krisis di Kaukasus utara itu dapat diakhiri kalau masing-masing pihak mau bersikap luwes.
(23/08/96 21:35)

Tidak ada komentar: