Jumat, 09 Mei 2008

PEMBUNUHAN RABIN AKIBAT KELENGAHAN DINAS RAHASIA ISRAEL?

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 5/11 (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin tewas ditembak oleh ekstremis Yahudi Sabtu malam di Tel Aviv, lalu sejauh mana perlindungan yang diberikan dinas rahasia terhadap perdana menterinya sendiri?

Polisi serta dinas intelijens dalam negeri Israel, Shin Beth, Ahad mendapat kecaman karena tak mampu melindungi perdana menterinya di dalam negerinya sendiri dari peluru sang pembunuh -- mahasiswa Israel berusia 23 tahun yang mengaku "diperintah Tuhan untuk membunuh Rabin".

Menteri Polisi Israel Moshe Shahal, sebagaimana dilaporkan kantor berita trans-nasional, mengatakan kepada radio Israel bahwa seluruh masalah pembunuhan itu akan diselidiki dan hasilnya akan segera diketahui.

"Tak seorang pun menduga kejadian seperti ini dapat terjadi di sini. Semua rencana keamanan bagi para pemimpin Israel harus dikaji lagi," katanya.

Tentu saja tak seorang pun mengira seorang pemimpin Israel justru tewas di tangan orang Yahudi dan di daerah yang relatif aman, Tel Aviv.

Kalau saja penembakan atas Rabin terjadi di Jerusalem Timur atau Ramallah di Tepi Barat Sungai Jordan dan dilakukan oleh orang Palestina, menteri polisi Israel itu tentu takkan terkejut. Tetapi, mampukah orang Palestina berada sedekat pembunuh Rabin tersebut dengan seorang perdana menteri Israel? Sepertinya tidak.

Karena terbunuhnya Rabin, pemimpin satuan khusus Shin Beth kelihatannya akan menghadapi masalah serius bahkan disebut-sebut menghadapi kemungkinan dipecat.

Dinas keamanan diberitakan telah lama mengkhawatirkan terjadinya serangan terhadap Rabin atau Menteri Luar Negeri Shimon Peres --yang sekarang menjabat-- oleh orang bersenjata yang bertindak sendiri.

Sari Avivi, bekas pemimpin satuan khusus tersebut dan kawan Rabin, berkomentar Israel nanti harus menjernihkan beberapa masalah, terutama cara pembunuh itu bisa menghadiri rapat umum dengan membawa senjata, mendekati panggung, mengeluarkan pistol kaliber 9mm, dan melepaskan tiga tembakan.

Ketika pemimpin Israel tersebut ditembak, tak seorang pun pengawalnya melepaskan tembakan ke arah Yigal Amir, mahasiswa universitas di Tel Aviv yang membunuh Rabin.

Seorang perwira polisi mengakui bahwa polisi mesti bertanggung jawab. Tak kurang dari 700 personel polisi dan penjaga perbatasan disebar guna menjaga keamanan selama berlangsungnya pertemuan umum tersebut, yang diadakan untuk menghadapi protes oleh kelompok sayap kanan --yang menentang perdamaian dengan Palestina.

Di luar dugaan

"Mudahnya" pembunuhan atas Rabin benar-benar mengundang tanda-tanya besar mengenai efisiensi pengamanan dinas rahasia Israel.

Pemimpin Shin Beth, yang identitasnya menjadi rahasia negara, dilaporkan segera pulang karena ia berada di luar negeri saat Rabin ditembak.

Sayap khusus Shin Beth yang memberikan pengawalan buat pejabat kelas atas dalam pemerintahan Israel bertanggung jawab atas keamanan Rabin, dan kelihatannya telah terjadi "kekhilafan besar". Akibatnya, penyelidikan besar akan dilakukan atas pembunuhan pertama terhadap perdana menteri Israel tersebut.

Di antara pertanyaan yang muncul ialah: Mengapa orang bersenjata bisa berada di dekat Rabin? Bagaimana pembunuh itu dapat melepaskan tiga tembakan? Mengapa para pengawal Rabin tidak melepaskan tembakan balasan? dan Mengapa Rabin tidak mengenakan rompi anti-peluru?

Salah satu jawaban yang mungkin dapat direka-reka ialah sistem pengamanan buat pejabat Israel bukan disiapkan untuk menghadapi serangan oleh orang Yahudi tetapi oleh orang Arab!

Israel selama ini menepuk dada sebagai negara demokrasi tempat bentrokan antar-orang Yahudi hanya terjadi secara lisan, dan jarang meletus menjadi bentrokan fisik. Para politikus Israel mudah didekati, mereka dapat berada di tengah kerumunan orang dan berjabat tangan.

Rabin sendiri, sejak penandatanganan perdamaian dengan pemimpin PLO Yassir Arafat dua tahun lalu, telah menjadi tumpahan kemarahan kelompok ekstrem sayap kanan Yahudi dan dicap sebagai pengkhianat.

Tetapi, ia tidak menganggap itu sebagai masalah pribadi dan menilainya sebagai masalah yang mungkin dihadapi setiap pemimpin Yahudi.

Meskipun begitu, pengawalan atas Rabin ditingkatkan, biasanya ada dua atau tiga pengawal di sekitarnya.

Namun pada saat penembakan terjadi, tak seorang pun pengawalnya bereaksi.

Dikutuk?

Beberapa saat setelah Rabin ditembak, orang teringat akan "kutukan" yang dikeluarkan seorang pendeta beraliran mistik dari kelompok Kach karena Rabin menyerahkan Tepi Barat sebagai imbalan perdamaian dengan Palestina.

Pendeta tersebut Oktober "minta malaikat" agar membunuh Rabin.

Pendeta itu "telah minta izin malaikat penghancur agar menebaskan pedang ke leher orang jahat ini ... untuk membunuhnya ... karena menyerahkan Tanah Israel kepada musuh kami, keturunan (Nabi) Ismail (AS)".

Menurut pendeta tersebut, kutukannya biasanya terjadi dalam waktu 30 hari --atau sekitar awal November.

Kelompok sayap kanan yang telah melancarkan demontrasi menentang kebijakan perdamaian Rabin memandang Tepi Barat sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan kepada umat Yahudi dalam Bibel.

Sementara itu, Iran dan Libya menganggap Rabin telah menerima hukuman atas perbuatannya sendiri.

Rabin, menurut kantor berita Iran (IRNA), adalah penasihat utama negara teroris dan berpendapat keutuhan Zionis dapat menerobos setiap norma masyarakat internasional guna mewujudkan tujuannya.

Di Kairo, Libya diberitakan berpendapat Rabin tewas dengan kedua tangan bergelimang darah orang Arab. (05/11/95 17:25)

Tidak ada komentar: