Rabu, 14 Mei 2008

PERTEMPURAN TENGGELAMKAN HARAPAN PERDAMAIAN DI AFGHANISTAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 29/10 (ANTARA) - Harapan bagi perdamaian yang sempat muncul di Afghanistan, pudar ditenggelamkan pertempuran akibat serangan aliansi anti-Talib terhadap ibukota negeri itu menyusul kegagalan pembicaraan bagi gencatan senjata.

Harapan bagi tercapainya gencatan senjata sempat mencuat ketika hari Senin (21/10) Talib menerima tawaran yang diajukan gembong Afghanistan Utara, Jenderal Abdul Rashid Dostum.

Namun pertempuran, yang dilaporkan AFP dan Reuter meletus tak lama setelah pembicaraan terhenti, menenggelamkan isyarat baik yang mulanya diharapkan dapat meringankan penderitaan rakyat negeri tersebut.

Serangan pasukan anti-Talib, yang menggalang kekuatan di Afghanistan Utara, diberitakan memperpanjang pertempuran berdarah di Afghanistan.

Pertempuran dengan melibatkan pesawat tempur, roket, artileri, dan mortir dilaporkan berkecamuk di jalan strategis yang menghubungkan Kabul dengan wilayah Afghanistan Utara.

Serangan pertama terhadap jalan tembus itu gagal hari Rabu (23/10), terutama diduga akibat tak adanya koordinasi antara pasukan Masood dan Dostum.

Talib, yang merebut Kabul tanggal 27 September, tampaknya mendapat tekanan hebat dan dipaksa mengambil sikap bertahan.

Dostum, penguasa wilayah utara yang bergabung dengan bekas presiden Burhanuddin Rabbani dalam memerangi Talib, mengerahkan kekuatannya guna membantu pasukan Singa Panjshier Ahmad Shah Masood.

Kekuatan gabungan itu melancarkan serangan baru terhadap garis depan pertahanan Talib tak lama setelah beberapa pesawat tempur Dostum diberitakan melancarkan serangan Sabtu malam.

Serangan juga dilaporkan berlangsung terhadap bandar udara Kabul, yang digunakan Talib untuk mengerahkan pesawat tempur guna menyerang garis depan kekuatan gabungan yang memeranginya.

Banyak pengamat mengatakan kepada Reuter, pasukan gabungan tersebut harus dapat menguasai perbukitan di sekitar Kabul guna memaksa para petempur Talib kembali ke daerah terbuka di pinggir lembah Kabul.

Tujuannya ialah untuk menerobos posisi rentan Talib di pinggir daerah terbuka itu.

Seret Dostum

Sebelumnya Talib dianggap memancing Dostum terjun ke kancah pertempuran, kejadian yang diduga akan membuat Talib berada dalam posisi sangat sulit, ketika faksi santri tersebut hari Jumat (25/10) mengumumkan pembicaraan gencatan senjata telah mati.

Talib juga dilaporkan melancarkan serangan terhadap Dostum di daerah Badghis, bagian baratlaut Afghanistan, dan mengecamnya sebagai "penjahat dan antek bekas penguasa komunis".

Tindakan itu dipandang banyak pengulas sebagai alasan yang telah ditunggu Dostum untuk terjun ke kancah pertempuran.

Pemimpin Afghanistan Utara tersebut mengerahkan tank, artileri, dan personil dua pekan lalu untuk bergabung di garis depan bersama aliansinya di sebelah utara Kabul.

Kendati kelihatanya memberi dukungan atas upaya Masood untuk menembus garis pertahanan Talib, Dostum dipandang telah mengerahkan kekuatan daratnya.

Sebelumnya pertempuran di sebelah utara Kabul itu telah macet meskipun pasukan Masood berulangkali berusaha melakukan penerobosan.

Masood tampaknya menghadapi kesulitan mengerahkan peralatannya dari lembah Panjshier, yang jalan masuknya nyaris tertutup karena diledakkannya sendiri sewaktu ia meninggalkan Kabul akhir September.

Sementara itu para petempur Talib memperlihatkan rasa percaya diri yang kuat setelah berhasil menghambat gerak maju pasukan Masood.

Namun dengan terjunnya pasukan Dostum, sistem pertahanan Talib akan terkikis, karena Dostum dipandang memiliki kekuatan tempur paling tangguh di Afghanistan.

Dostum diduga memiliki kekuatan dan peralatan yang cukup memadai untuk menguasai garis depan di sebelah utara Kabul.

Kegagalan lain

Kegagalan bagi terwujudnya gencatan senjata tampaknya bukan hanya terjadi di lapangan. Di arena diplomasi harapan juga tersendat ketika hari Ahad (27/10) Pakistan mengumumkan boikot terhadap konferensi regional mengenai Afghanistan yang diprakarsai Iran.

Iran mulanya bermaksud memelopori upaya mencari penyelesaian krisis berkepanjangan perang Afghanistan, yang sempat "dilupakan" masyarakat internasional, hari Selasa (29/10).

Pakistan mengumumkan takkan menghadiri konferensi itu "karena waktunya terlalu dekat dan kurangnya penjelasan mengenai acara dan daftar undangan".

Pakistan berkilah bahwa Islamabad "baru menerima informasi pasti" mengenai konferensi dua hari tersebut hari Jumat (25/10).

Meskipun Pakistan tidak memberi penjelasan lain, keberatan Islamabad tampaknya berpangkal pada disertakannya tetangganya, India.

Padahal, meski Pakistan ikut dalam konferensi, hasil memuaskan kelihatannya juga sulit diharapkan. Soalnya Dostum, seperti halnya Rabbani, telah mengecam Pakistan karena mereka beranggapan Islamabad memberi dukungan kepada Talib.

Menurut faksi Dostum, aliansi Dewan Pertahanan Tertinggi --yang dibentuk oleh Dostum dan Rabbani-- berpendapat Talib mendapat "tekanan dari luar negeri", pernyataan yang dipandang merujuk kepada Pakistan.

Dostum juga tersinggung karena "selama ini Talib tak pernah mengirim orangnya sendiri".

Talib, menurut faksi Dostum, mula-mula "mengirim Menteri Dalam Negeri Pakistan Naseerullah Babar, kemudian utusan PBB Norbert Holl".

"Jikan ingin berunding dengan Dostum, Talib harus mengirim anggota faksinya dan bukan orang lain," demikian komentar jurubicara Dostum, Jenderal Yousif, kepada Reuter. (29/10/96 11:06)

Tidak ada komentar: