Jumat, 23 Mei 2008

PERUBAHAN ARAH POLITIK BUKAN JAMINAN PERDAMAIAN DI AFGHANISTAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 18/9/96 (ANTARA) - Jalur pertempuran di Afghanistan, yang sekitar tiga bulan lalu disebut-sebut mengalami perubahan bersejarah dengan bergabungnya kembali Gulbuddin Hekmatyar dengan Presiden Burhanuddi Rabbani, tak memperlihatkan tanda akan berakhir.

Pasalnya ialah gerakan milisi santri Talib, yang ketika muncul di kancah pertempuran antar-Mujahidin pada penghujung tahun 1994 mengibarkan nama Mullah Talibat, kian tak terbendung.

Faksi murid para mullah (guru agama Islam) di Afghanistan dan Peshawar, Pakistan, tersebut dilaporkan kantor-kantor berita transnasional menguasai dua ibukota provinsi penting di bagian timur Afghanistan, Jalalabad --ibukota provinsi Nangarhar-- dan Mehtaram, ibukota Laghman.

Milisi cantrik itu, yang kini menguasai 17 dari 30 provinsi di Afghanistan, telah berikrar akan menerapkan "hukum Islam murni" di seluruh negara Mujahidin tersebut.

Hekmatyar bulan Juni tahun ini berbaikan dengan seterunya di Kabul dan memangku lagi jabatan perdana menteri yang pernah dilepaskannya akibat tak ada persamaan pendapat dengan Rabbani. Hekmatyar diambil sumpah sebagai perdana menteri lagi tanggal 26 Juni.

Sebelumnya bekas seteru Rabbani itu telah kehilangan kubunya di dekat Kabul akibat gempuran Talib.

Saat Hekmatyar bergabung dengan Rabbani ada pihak yang berpendapat aliansi tersebut dapat "memainkan kartu" dan memiliki kekuatan.

Pemimpin faksi Hezb-i-Islami mengakhiri jabatan perdana menteri pertama kali tahun 1994, dalam aksi kudeta yang gagal terhadap Rabbani, dan kini berjanji akan mempersatukan negeri itu serta mengakhiri perang saudara yang tak kunjung reda.

Meskipun demikian ambisi kedua bekas musuh itu masih harus disesuaikan dengan persetujuan yang telah mereka capai. Sebabnya ialah jika mereka tak mampu mewujudkan kesamaan pendapat, akan muncul ketidakpuasan dan kekecewaan sehingga bukan tak mungkin para petempur mereka akan kembali ke kancah pertumpahan darah.

Apalagi, duet Rabbani-Hekmatyar mampu mengkonsolidasikan diri dengan faksi-faksi lain di negeri tersebut, para petempur Talib dilaporkan memperluas wilayah kekuasaannya ke Provinsi Nangarhar, yang menjadi jalur penghubung dengan Pakistan.

Ketika dilantik, Hekmatyar mengumandangkan pesan Rabbani, yang mendesak semua faksi yang bertikai di Afghanistan agar bersatu dengan pemerintah baru dan mensukseskan proses perdamaian.

Namun, seruannya itu kurang mendapat reaksi positif dari faksi-faksi lain.

Dekati Dostum?

Tanggal 17 September 1996 pemerintah koalisi di Kabul tersebut dilaporkan AFP melakukan pendekatan dengan gembong Afghanistan Utara Jenderal Abdul Rashid Dostum.

Selama masa pemerintahan bekas presiden terguling Najibullah, pasukan Dostum --yang terdiri atas suku Uzbek-- menjadi tenaga andalan Kabul dalam memerangi Mujahidin di daerah pegunungan.

Namun, sehari kemudian faksi Dostum diberitakan mengesampingkan pembentukan aliansi dengan pemerintah Kabul dalam memerangi Talib.

Seorang tokoh Gerakan Nasional Islam (NIM) Painda Mohammad menyatakan, faksinya menampik berlanjutnya pertempuran di Afghanistan.

Kelompok itu, menurut dia, percaya bahwa krisis Afghanistan "mesti diselesaikan melalui dialog".

Painda membantah laporan bahwa Dostum akan bertemu dengan utusan-utusan Kabul di Tashkent, Uzbekistan, guna membicarakan penggabungan dalam koalisi Kabul.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Afghanistan Yunus Qanuni dan Hyumayun Jarir, menantu Hekmatyar, diberitakan telah bertolak ke Tashkent guna mengadakan pembicaraan dengan Dostum.

Dostum, menurut Kabul, telah memperlihatkan keinginan untuk bergabung tapi mengajukan persyaratan yang akan dibahas di Tashkent.

Namun, NIM menyatakan faksi tersebut "bersedia berunding dengan semua pihak" dengan tujuan mewujudkan perdamaian.

Penggabungan dengan pemerintah, menurut faksi itu, bertentangan dengan kebijakannya, kendati NIM juga berpendapat aksi militer Talib menambah rumit masalah di Afghanistan.

Talib mengepung Kabul selama sekitar 11 bulan terakhir ini dengan tujuan menggulingkan pemerintahan Rabbani dan mendirikan negara Islam.

Ketidaksediaan NIM bergabung dengan pemerintah Kabul menjadi berita baik bagi Talib sebab jika faksi Dostum bergabung dengan aliansi Hekmatyar-Rabbani, Talib berarti akan menghadapi musuh dari dua sisi, yaitu Kabul dan Mazar-i- Sharif.

Akhir bulan Juli tahun ini, utusan perdamaian PBB Nobert Holl dilaporkan Reuter, "Melihat munculnya harapan bagi perdamaian di Afghanistan."

Holl berusaha menggolkan rencana yang gagal diselesaikan utusan perdamaian sebelumnya, Mahmud Mestiri, yang mengundurkan diri bulan Mei tahun lalu.

Selain itu, Holl juga dilaporkan, akan memindahkan misi di PBB dari Pakistan ke Jalalabad, tindakan yang tak pernah dilakukan Mestiri dan tampaknya menjadi penghalang upayanya, karena "rakyat Afghanistan ingin semua gagasan perdamaian muncul dari dalam negeri mereka".

Akan tetapi, Rabbani telah mendesak Holl agar memindahkan misi PBB ke Kabul, ibukota Afghanistan.

Rencana lain Holl diantaranya ialah penyelenggaraan pertemuan majelis tinggi tradisional guna memutuskan pembentukan mekanisme sementara yang netral untuk mengambilalih kekuasaan dari Rabbani.

Ia juga menyeru semua pihak yang bertikai di Afghanistan agar menghentikan pertumpahan darah dan merundingkan perdamaian.

Pertumpahan darah, katanya, tidak pantas dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dan sama sekali tidak menguntungkan pihak manapun di Afghanistan.
(18/09/96 21:58)

Tidak ada komentar: