Jumat, 09 Mei 2008

SERANGAN NATO TAK PERKECIL JURANG PERBEDAAN DI BOSNIA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 3/9 (ANTARA) - Meskipun memuji, para pemimpin Bosnia menyatakan serangan NATO dan PBB terhadap posisi Serbia Bosnia dilancarkan pada saat yang terlambat, sementara utusan AS Richard Holbrooke berpendapat kemungkinan untuk mengakhiri pertempuran 40 bulan di bekas Yugoslavia itu sangat kecil.

Rakyat Sarajevo dilaporkan merasa heran mengapa NATO harus menunggu terlalu lama hanya untuk menyerang sasaran-sasaran Serbia Bosnia.

Jet-jet tempur NATO pekan lalu mulai menggempur sasaran-sasaran Serbia Bosnia di sekitar Sarajevo dalam tindakan pembalasan atas serangan mortir etnik pembangkang itu terhadap ibukota Bosnia-Herzegovina sehingga menewaskan 37 orang.

Serangan NATO digembar-gemborkan mengenai sasaran tapi yang menjadi masalah ialah seberapa jauh tekanan tersebut berhasil membawa orang Serbia ke meja perundingan dan tekanan seberapa berat dapat membuat etnik itu takluk.

Selain pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic, ada lagi orang yang tak kalah penting dalam lingkaran etnik pembangkang tersebut. Orang itu adalah Jenderal Ratko Mladic, komandan militer Serbia Bosnia yang dipandang banyak pihak sebagai kekuatan sebenarnya Serbia Bosnia selain Karadzic, dan bisa juga adalah saingan pemimpin Serbia Bosnia itu.

Mladic telah diperintahkan oleh PBB untuk menarik senjata beratnya dari perbukitan di sekitar Sarajevo tapi ia tidak pernah melakukan kontak langsung dengan Pasukan Perlindungan PBB (UNPROFOR) sejak PBB memulai serangan pada 30 Agustus.

Ia juga pernah dipecat oleh Karadzic sewaktu pasukan Serbia tidak mampu membendung serangan dua sudut militer Kroasia dan Bosnia, tapi ia membangkang dan malah mendapat dukungan dari orang-orang Serbia di Bosnia untuk mempertahankan posisinya.

Banyak pihak berpendapat sekalipun PBB dan NATO melancarkan serangan lebih sengit, tidak mudah untuk menaklukkan Mladic.

Presiden Serbia Slobodan Milosevic, yang sedang berusaha membebaskan negerinya dari kungkungan embargo PBB, diduga bisa menarik dukungan bagi Mladic.

Kesulitan membentang

Sementara itu utusan khusus AS bagi bekas Yugoslavia Richard Holbrooke, sebagaimana dilaporkan kantor-kantor berita Reuter dan AFP, memperingatkan bahwa pembicaraan alot membentang di hadapannya, meskipun Serbia Bosnia akhir bulan lalu menyatakan kesediaan untuk menyerahkan pimpinan perundingan kepada Presiden Republik Serbia Slobodan Milosevic.

Serbia Bosnia secara efektif telah menyerahkan tanggung jawab bagi perundingan dengan Muslim dan Kroasia Bosnia kepada Milosevic.

Tindakan Serbia itu merupakan "terobosan prosedural" tapi tak lebih dari sifat prosedural sedangkan perundingan alot masih membentang, kata Holbrooke.

Keputusan Serbia Bosnia tersebut untuk bergabung dengan Beograd dalam perundingan, menurut Holbrooke, memang mengakhiri perdebatan yang terus berlarut-larut.

Suatu tim gabungan akan diberi wewenang untuk membubuhkan tandatangan atas Republik Srpska (Republik Serbia Bosnia, yang diproklamasikan secara sepihak) dengan kewajiban menerapkan apa yang disepakati secara konsekuen dan tegas.

Dalam pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita transnasional, pemimpin Serbia Bosnia menyatakan jika terdapat silang pendapat mengenai proses perdamaian, suara Milosevic akan menjadi penentu.

Meskipun demikian, Holbrooke sendiri --seperti juga para penengah terdahulu-- terperangkap di antara separatis Serbia yang menuntut pengakuan atas wilayah yang direbutnya melalui kekuatan dan pemerintah Bosnia, yang dengan dorongan AS, sudah lama mempertahankan sikapnya.

Presiden Bosnia Alija Izetbegovic mengajukan usul 12 pasal, yang dilandaskan atas rancangan lama AS mengenai Bosnia sehingga Holbrooke tidak dapat berbuat banyak.

Selain itu Sarajevo juga telah menyatakan pihaknya bersedia mencapai persetujuan dengan Milosevic tapi tidak dengan Serbia Bosnia, yang para pemimpinnya telah dicap sebagai penjahat perang di Pengadilan Internasional Den Haag.

Izetbegovic berkeras bahwa setiap penyelesaian harus mempertahankan integritas wilayah dan kedaulatan Bosnia sekalipun Serbia menguasai 70 persen wilayah negerinya.

Tetapi pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic menyatakan ia mengingini 64 persen wilayah negeri tersebut dan belakangan menyatakan kesediaan menerima 57 persen wilayah.

Keputusan Karadzic itu masih terpaut jauh dari usul 49 persen wilayah yang diajukan Kelompok Kontak Internasional pada 1994. Kelompok Kontak tersebut, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman dan Rusia, telah menegaskan kepada Serbia Bosnia bahwa itu adalah usul "yang harus diterima atau ditampik".

Karadzic, sejak usul tersebut disampaikan, tentu saja menolaknya, sementara Izetbegovic tak mau membuat konsesi selain pembagian 51:49 persen, yang diterima pemerintahnya dengan berat hati tahun lalu. Lima puluh satu persen wilayah bagi pemerintah Bosnia masih harus dibagi dengan orang Kroasia Bosnia.

Peta demarkasi intern Bosnia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tidak dapat dikurangi dari peta yang diajukan dalam rencana Kelompok Kontak, demikian pendapat Izetebgovic.

Akhir Agustus, Karadzic menyampaikan keluhan kepada utusan khusus PBB untuk bekas Yugoslavia, Yasushi Akashi, dan menyatakan serangan artileri dan udara NATO serta PBB "sebenarnya tak perlu".

Ia juga mengancam jika serangan dilanjutkan, itu berarti negara-negara NATO berniat menghentikan proses perdamaian dan berarti pertempuran akan meluas.

Meski pihaknya tidak ingin melepaskan tembakan, pasukan Serbia akan membalas dengan sengit setiap serangan yang dihadapinya, kata Karadzic.

Pernyataan Karadzic tersebut ditafsirkan banyak pihak sebagai pembangkangan.

Sementara itu walaupun telah mengajukan usul perdamaian, Izetbegovic --dengan adanya serangan NATO dan PBB terhadap Serbia Bosnia-- diperkirakan juga telah siap melanjutkan pertempuran meskipun harus menghadapi risiko kehilangan banyak pengikut.

Serangan NATO dan PBB tersebut memperingan tekanan militer Serbia, apalagi Sarajevo dan Zagreb telah membuat aliansi militer pada Agustus sehingga Republik Kroasia dapat merebut Krajina dan Bosnia menguasai kembali Bihac.

Namun Izetbegovic masih menghadapi masalah di Sarajevo karena kepungan pasukan Serbia Bosnia, sehingga mempersulit pemasokan senjata ke ibukota negerinya itu.

Meskipun begitu Izetbegovic telah mengajukan dua pilihan kepada Serbia Bosnia, perdamaian atau perang.

Masalah berat yang harus dihadapi Bosnia ialah untuk merebut setiap posisi artileri Serbia mungkin harus ditebus dengan 10 prajurit sedangkan Serbia Bosnia dilaporkan memiliki 300 posisi artileri di perbukitan di sekitar Sarajevo.
(03/09/95 07:53 )

Tidak ada komentar: