Rabu, 14 Mei 2008

SETAHUN PERSETUJUAN DAYTON, PERDAMAIAN MASIH NGAMBANG DI BOSNIA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 4/12 (ANTARA) - Persetujuan perdamaian Dayton mengenai Bosnia-Herzegovina, yang genap berusia satu tahun 21 November lalu, masih belum berhasil mengurai kekusutan di republik Balkan tersebut.

Meskipun kantor berita Reuter melaporkan bahwa kini senapan telah bungkam dan pasukan Serbia, Kroasia, dan Muslim di negeri itu kembali ke barak mereka, seorang diplomat Barat menyatakan masih khawatir.

Kekhawatirannya berkisar pada masalah penjahat perang, kebebasan bergerak, dan kembalinya para pengungsi.

Jika masyarakat internasional tidak segera bertindak menangani masalah-masalah tersebut, ia khawatir Persetujuan Dayton akan berakhir dalam kegagalan total.

Richard Holbrooke, bekas pejabat Departemen Luar Negeri AS, sebagaimana dilaporkan AFP mengakui bahwa perdamaian belum benar-benar terwujud di republik Balkan tersebut.

Persetujuan Dayton, yang dicapai 21 November 1995 dan disahkan tiga pekan kemudian di Paris, diajukan kepada pihak Muslim Bosnia dan dunia sebagai cara yang bukan hanya dapat menyudahi pertempuran.

Selain berisi sasaran militer untuk memisahkan dan mengekang pihak-pihak yang berperang di Bosnia, persetujuan itu juga menjanjikan perdamaian yang adil.

Para penjahat perang yang didakwa Mahkamah Internasional di Den Haag akan diadili. Namun dua dedengkot Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, dan Ratko Mladic -- yang didakwa mendalangi aksi pembersihan etnik --, sampai sekarang masih berkeliaran.

Beberapa pejabat PBB mengatakan, hanya tujuh dari 75 orang yang dinyatakan sebagai penjahat perang berada dalam tahanan di Den Haag.

Pembagian Bosnia berdasarkan garis etnik masih tersendat dan pembangunan kembali negeri tersebut dengan kebebasan bergerak penuh serta hak pengungsi untuk pulang juga belum terwujud.

Apa yang disebut sebagai perbatasan administrasi antara federasi Muslim-Kroasia Bosnia dan republik Serbia saat ini dilaporkan belum berfungsi sebagai perbatasan sesungguhnya.

Kebebasan bergerak sangat terbatas dan banyak wilayah Bosnia diberitakan masih menjadi daerah berbahaya untuk dilalui oleh kelompok yang menjadi etnik minoritas di wilayah itu.

Federasi Muslim-Kroasia juga tak sepenuhnya berfungsi. Satu kota yang mereka bagi, Mostar, dilaporkan praktis terpecah meskipun ratusan juta dolar AS bantuan mengalir.

Kedua etnik tersebut masih terpecah, padahal dua unsur utama Persetujuan Dayton adalah gencatan senjata dan penyatuan kembali Bosnia sebagai satu negara.

Pemilihan umum bulan September untuk memilih presiden dan anggota parlemen di negeri itu memperlihatkan kemenangan besar yang sama bagi masing-masing kelompok etnik.

Etnik Kroasia, Muslim, dan Serbia dalam prakteknya terus mengelola pemerintahan terpisah, demikian juga halnya dengan tentara, polisi, dan mata uang, bahkan nomor kendaraan.

Persoalan pengungsi juga belum terselesaikan. Menurut PBB, hanya 250.000 dari 2,5 juta pengungsi dan orang yang meninggalkan rumah mereka dapat pulang selama 1996. Tetapi tak ada pengungsi yang diberitakan menyeberangi perbatasan etnik yang bertambah "angker" di negeri tersebut.

Bakutembak kadangkala diberitakan terjadi antara orang-orang muslim yang ingin pulang dengan menyeberangi perbatasan dan orang-orang Serbia, yang selama konflik Bosnia melakukan aksi pembersihan etnik di wilayah yang mereka kuasai.

Etnik Serbia, yang selama konflik Balkan selalu membangkang keputusan masyarakat internasional, juga tetap membangkang terhadap bagian-bagian penting persetujuan perdamaian yang mereka tandatangani, terutama karena menolak untuk menyerahkan para tersangka penjahat perang.

Republik Serbia Bosnia masih tak mau menerima yurisdiksi Mahkamah Internasional dan menolak untuk menyerahkan para terdakwa.

Masalah ekonomi

Sementara penerapan Persetujuan Dayton masih tersendat, para arsiteknya berpendapat bahwa kerjasama ekonomi dapat menjadi sarana untuk mewujudkan perdamaian di Balkan.

Secara politik nyaris tak ada perujukan di Bosnia, tapi seorang pengamat di Eropa berpendapat pembangunan kembali ekonomi dapat menjadi pemicu untuk menarik Republika Srpska.

Sejauh ini wilayah Serbia Bosnia itu hanya menerima tiga persen bantuan yang diupayakan bagi pembangunan kembali Bosnia-Herzegovina.

Sebanyak 5,1 miliar dolar AS diduga telah ditanam bagi upaya pembangunan kembali Bosnia selama beberapa tahun mendatang.

Namun pencairan dana tersebut dari masyarakat internasional juga bukan masalah mudah.

Jika tidak terdapat mekanisme yang lebih dinamis, proses politik di Bosnia dikhawatirkan akan terhambat.

Presiden AS Bill Clinton, yang sudah menyalurkan 200 juta dolar AS bagi pembangunan kembali Bosnia tahun 1996, diberitakan memiliki rencana untuk meminta Kongres menyetujui 200 sampai 280 juta dolar AS lagi untuk membantu Bosnia tahun depan.

Akan tetapi, untuk memperoleh persetujuan Kongres, seorang pengulas lain berpendapat bahwa hasil nyata di lapangan mesti terlihat di republik Balkan itu.

Terlepas dari upaya AS tersebut, banyak pengulas diberitakan berpendapat bahwa setahun setelah Persetujuan Dayton dicapai, dilema yang dihadapi masyarakat internasional di Bosnia tetap sama.

Para penyumbang pasukan multinasional di republik tersebut harus sepakat untuk memadukan kekuatan militer dengan diplomasi yang diperlukan guna menggolkan proses itu dan bukan membiarkan status quo seperti saat ini. (04/12/96 11:17)

Tidak ada komentar: