Jumat, 23 Mei 2008

SIAPA SEBENARNYA SUKU KURDI?

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 7/9 (ANTARA) - Mereka ingin mendirikan "negara merdeka di tanah leluhur mereka", tapi persatuan tak kunjung tergalang dan akhir Agustus lalu sebagian dari mereka kembali menjadi sasaran serangan militer Baghdad.

Suku Kurdi itulah nama kesatuan etnik mereka! Meskipun berada di wilayah Timur Tengah, suku itu tidak termasuk dalam jajaran etnik Arab dengan bahasa yang berbeda pula dari bahasa Arab, yaitu bahasa Kurdi.

Orang Kurdi hidup di wilayah Kurdistan; yang meliputi bagian negara Iran, Irak, Suriah, dan Turki.

Di Irak, suku ini, menurut Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, pada 1987 mencapai 2,8 juta orang dan merupakan suku kedua terbesar setelah Arab.

Menurut buku Negara dan Bangsa terbitan Grolier International Inc., 20 persen rakyat Irak adalah suku Kurdi, yang kebanyakan mendiami wilayah utara negara 1001 malam tersebut dan Baghdad.

Sebagian suku keturunan etnik Indo-Arya tersebut memiliki sejarah berasal dari Persia, tapi bahasa yang digunakan suku itu saat ini tidak sama dengan bahasa Persia.

Berdasarkan catatan sejarah, nenek moyang suku Kurdi memasuki wilayah yang mereka tempati sekarang sekitar 3.000 tahun lalu, tapi cara hidup suku tersebut, sebagai petani dan penggembala, masih tradisional.

Suku itu, di Irak, menempati wilayah utara --yang subur dan memiliki minyak.

Perbedaan keturunan antara suku Arab dan Kurdi di Irak seringkali menjadi pangkal meletusnya kerusuhan. Selain dua suku utama itu, Irak juga memiliki etnik lain seperti Turkoman, Persia, Sabaean, dan Yazidis.

Orang Arab telah memerintah Irak sejak 1958, ketika pecah revolusi yang mengakhiri kekuasaan Inggris, yang bersekutu dengan suku Kurdi dalam upaya mempertahankan kekuasaan di negara Abu Nuwas tersebut.

Setelah revolusi, pemerintah Irak berusaha menyatukan suku Kurdi ke dalam pemerintahan, tapi kelompok ekstrem suku itu menolak bergabung sehingga meletuslah perang sejak saat itu.

Sampai kini suku Kurdi di Irak telah beberapa kali beralih aliansi antara pemerintah di Baghdad dan di Teheran, sementara pada saat yang sama perang antar-suku juga tak kunjung reda.

Pecah

Suku Kurdi dalam perjalanannya sekarang terpecah menjadi beberapa kelompok.

Pertama adalah Partai Demokratik Kurdistan (KDP), kelompok tertua yang didirikan 1946 oleh Mullah Mustafa Barzani, saat ia hidup di pengasingan di negara yang waktu itu bernama Uni Sovyet.

Kelompok ini sempat disahkan oleh setelah terjadi kudeta 1958 dan 1970 mencapai persetujuan dengan Baghdad bagi otonomi di daerah Kurdi.

Pemerintah Baghdad bahkan memperkenankan suku Kurdi aktif dalam pemerintah, tapi semua persetujuan tersebut hancur.

Setelah Mustafa meninggal 1979, faksi itu dipimpin oleh putranya, Massoud Barzani --yang juga hidup di pengasingan.

Kedua ialah Uni Patriotik Kurdistan (PUK), yang dipimpin oleh Jalal Talabani, bekas anggota KDP yang sering beradu pendapat dengan Mullah Mustafa Barzani pada 1960-an.

Talabani beraliansi dengan pasukan Irak dan memerangi KDP dalam pertikaian sampai akhir 1980-an.

Setelah Perang Teluk, PUK berbaikan dengan KDP dan dalam pemilihan umum 1992 masing-masing meraih 50 kursi di pemerintah regional Kurdi dengan Arbil sebagai ibukota wilayah.

PUK Desember 1994 merebut Arbil dan mengumumkan bahwa separo wilayah, dan 70 persen penduduk, Kurdi Irak berada di bawah kekuasaannya.

Saat itu KDP menuduh PUK mendapat dukungan dari pemerintah di Teheran.

Ketiga adalah Kongres Nasional Irak (INC), yang didirikan 1992 dan menjadi wadah persatuan kelompok oposisi Irak, termasuk KDP, PUK, dan partai Islam lain.

Faksi tersebut dipimpin oleh Ahmad Chalabi dan berusaha menggalang dukungan Barat bagi upaya separatis Kurdi serta sering menjadi penengah dalam konflik antar-faksi Kurdi.

Keempat adalah Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah 12 tahun berusaha memerdekakan diri dari Turki.

Ankara menyatakan gerilyawan PKK menggunakan Irak Utara sebagai pangkalan dan tempat melancarkan serangan ke dalam wilayah Turki Selatan.

Partai yang dipimpin oleh Abdullah Ocalan itu mengumumkan gencatan senjata sepihak Desember lalu tapi pertempuran tak kunjung berakhir.

Hubungan PKK dengan KDP dan PUK tak pernah stabil.

Selain keempat faksi Kurdi tersebut, masih ada satu kelompok lagi, yaitu Masyarakat Turkoman dengan Partai Nasional Turkoman Irak sebagai induknya.

Kelompok itu memboikot pemilihan anggota parlemen Kurdi 1992, dan menghendaki wilayah otonomi di Irak Utara diperluas.

Di bawah bayangan Saddam

Akibat pertikaian yang tak pernah usai, KDP akhir Juli minta bantuan pasukan Presiden Saddam Hussein dalam memerangi PUK di Provinsi Arbil --tindakan yang mengakibatkan serangan rudal Amerika Serikat terhadap "posisi militer Baghdad di Irak Selatan".

Kendati Washington melancarkan serangan terhadap militer Irak tersebut, rakyat Kurdi 4 Agustus dilaporkan AFP masih khawatir akan apa yang akan mereka alami kemudian.

Pasukan Irak dilaporkan menguasai daerah Kurdi walaupun AS memperingatkan Saddam agar menarik pasukannya.

Presiden Irak itu dilaporkan menerima undangan KDP guna menjamin bahwa saluran pipanya ke wilayah Turki dapat digunakan saat persetujuan penjualan minyak buat pangan diberlakukan.

Persetujuan tersebut mengizinkan kepada Baghdad menjual minyak seharga dua miliar dolar AS dalam waktu enam bulan.

Banyak penduduk di Irak Utara diberitakan merasa cemas ketika tentara pasukan multinasional yang dipimpin AS meninggalkan wilayah tersebut menuju Turki.

Meskipun secara resmi tentara Irak ditarik dari Arbil setelah merebut kota itu dari PUK akhir Juli, bendera Irak dilaporkan tetap berkibar dan personel polisi Baghdad masih berpatroli di jalan.

Menurut Massoud Barzani, ia minta bantuan tentara Baghdad karena "PUK telah memperlakukan penduduk Arbil dengan sewenang-wenang selama dua tahun faksi tersebut, yang dituduh Saddam mendapat dukungan Iran, menguasai kota itu dan melanggar persetujuan gencatan senjata."

Ketika dunia menutup mata dan telinga terhadap permintaan pertolongan KDP, "kami minta dukungan terbatas dari siapa saja yang takkan membatasi kebebasan bergerak atau kemerdekaan kami," kata Barzani sebagaimana dikutip AFP.
(7/09/96 20:35)

Tidak ada komentar: