Jumat, 02 Mei 2008

YAMAN SEMAKIN TERANCAM PERPECAHAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 2/5 (ANTARA) - Para pemimpin bekas Yaman Utara dan Selatan saling melontar tuduhan Jumat lalu, sementara ancaman bencana menyelimuti negeri itu akibat bentrokan antar-satuan militer yang telah menewaskan lebih dari 100 orang.

Jika pertempuran tak dapat dibendung, itu akan menjadi pertanda bahwa bencana berdarah benar-benar akan mencengkeram negara yang baru empat tahun bersatu tersebut.

Kekhawatiran disampaikan oleh jurubicara Kementerian Pertahanan yang berpusat di Aden, Yaman Selatan, yang dikutip kantor-kantor berita Trans-Nasional bahwa pertempuran mungkin saja meluas ke berbagai wilayah Yaman dan akan berubah menjadi perang saudara.



Pertempuran sengit yang melibatkan tank dilaporkan berkecamuk hari Rabu (27/4) di Amran, 60 kilometer sebelah utara Sanaa, antara pasukan Yaman Selatan dan Utara.

Pertempuran hari Kamis bukan hanya antar-satuan militer Yaman Utara dan Selatan, tapi dilaporkan juga mulai melibatkan suku Yaman Utara yang mendukung Yaman Selatan, As-Suraih.

Pasukan Yaman Selatan berhasil merebut 30 tank Brigadir Lapis Baja Kesatu Yaman Utara di bawah komando saudara tiri Saleh, Kolonel Ali Mohsen Al-Ahmar, sedangkan suku As-Suraih menghancurkan 13 tank Yaman Utara.

Suku itu, yang dikatakan setia kepada anak buah Al-Baidh -- Letnan Mujahid Al-Quhali, juga menguasai jalan menuju Amran guna mencegah Sanaa mengerahkan balabantuan ke daerah tersebut.

Keterlibatan suku itu bisa membuat kerusuhan semakin parah di negara Arab paling miskin tersebut.

Pertikaian antara Yaman Utara dan Selatan juga telah mengakibatkan cederanya Wakil Perdana Menteri Hassan Makki dari Yaman Utara hari Kamis. Makki lolos dari maut ketika beberapa pria bersenjata melepaskan tembakan, tapi tiga pengawalnya tewas dalam kejadian itu.



Situasi di Yaman juga membuat prihatin utusan Presiden Mesir Hosni Mubarak -- yang bersama-sama dengan Jordania dan Oman berusaha menengahi pertikaian Saleh dengan Al-Baidh.

Wakil Menteri Luar Negeri Mesir Badr Hamman, setibanya di Sanaa, mengatakan kepada Reuter: "Sangat mengerikan bila kita menyaksikan situasi di Yaman telah memuncak sampai pada satuan konfrontasi militer kedua wilayah."

Keadaan seperti itu mesti segera diredam jika pertumpahan darah ingin dihindari di negara di pintu masuk Laut Merah tersebut.

Presiden Mesir juga telah menganjurkan kedua pihak yang bertikai di Yaman agar menyelesaikan sengketa mereka berdasarkan perjanjian perujukan nasional yang ditandatangani di ibukota Jodania, Amman, tanggal 20 Februari.

Saling tuding

Dalam perkembangan lain, Kongres Rakyat Umum (GSP) pimpinan Presiden Yaman Ali Abdallah Saleh -- dari Yaman Utara -- menuduh satu brigade Yaman Selatan telah digelar di daerah Dhamar, 100 kilimter sebelah selatan ibukota Yaman bersatu, Sanaa.

Pergelaran itu, kata GSP, dilaksanakan atas perintah saingan GPC, Partai Sosialis Yaman (YSP) -- yang berpusat di Aden dan dipimpin oleh Wakil Presiden Ali Salem Al-Baidh dari Yaman Selatan.

GPC khawatir bentrokan akan semakin luas antar-pasukan Yaman Utara dan Selatan.

Tanggal 6 April, GPC juga menuduh Brigade Basuhaib dari Selatan membom gedung pemerintah termasuk markas polisi dan pasukan Garda Republik di wilayah Dhamar.

Saleh, menurut laporan kantor berita Yaman (SABA), memperingatkan "anasir suksesi (dari Yaman Selatan) -- yang merencanakan kejadian tersebut -- agar berhenti bermain api".

Meskipun begitu ia meminta Yaman Selatan menerima dialog sebagai cara penyelesaian silang-pendapat di antara mereka.

Tetapi seruan Saleh tampaknya tidak sejalan dengan keadaan karena ketegangan meningkat hari Kamis (28/4) dengan tersiarnya laporan penggelaran senjata anti- pesawat di bandar udara internasional Sanaa, dan markas kepresidenan juga disiagakan.

Sementara itu, dalam pernyataan untuk menyanggah tuduhan GPC, jurubicara YSP Ahmad Al-Hubaishi -- menurut AFP, balik-menuduh GPC menyulut pertempuran luas dengan menggelar dua batalion tentara Utara di Dhamar.

Yaman Utara, katanya, juga mengerahkan pasukan ke wilayah Abyan di bagian selatan dan tempat lain negeri tersebut.

YSP juga menyatakan telah menarik satu brigadir lapis bajanya dari pegunungan di sekeliling Amran, sebelah utara Sanaa, setelah duel tank dengan pasukan Utara yang berkecamuk terus sampai hari Jumat.

Menurut YSP, sebanyak 1.200 prajuritnya telah ditarik setelah balabantuan pasukan Utara, termasuk personil Garda Republik, tiba di Amran.

Tak pernah rujuk

Sejak bersatu pada tanggal 22 Mei 1990, militer kedua negeri itu -- yang masing-masing memiliki kekuatan sebanyak 30.000 personil -- sebenarnya tak pernah bersatu.

Sebelum penyatuan, Yaman Utara sangat bergantung pada bantuan keuangan Arab Saudi dan memiliki hubungan dengan Amerika Serikat serta bekas Uni Sovyet, sementara Yaman Selatan berorientasi Marxis.

Pemilihan umum pertama Yaman bersatu, yang memiliki penduduk 12,6 juta orang dan 2,4 juta di antaranya tinggal di Yaman Selatan, diselenggarakan bulan April 1993. Saleh membawa Partai Perbaikan Islam -- yang menempati urutan ketiga dalam peroleh suara -- membentuk pemerintah koalisi dengan YSP.

Krisis muncul bulan Agustus 1993 di negara yang memiliki hasil minyak 335.000 barel per hari itu, setelah Al-Baidh tak bersedia menempati posnya di Sanaa dengan alasan keamanan.

Kini empat tahun setelah penyatuan, negara seluas 536.869 kilometer persegi itu terancam pertumpahan darah lagi seperti yang terjadi tahun 1970-an, karena bekas Yaman Utara dan Selatan masih bertindak seperti era pra-penyatuan.

Kedua pemimpin negara yang berbatasan dengan Arab Saudi, Oman, Laut Merah dan Samudra Hindia tersebut belum mencapai kesepakatan mengenai penerapan persetujuan perujukan politik, ekonomi, militer dan pembaharuan administrasi yang ditandatangani di Jordania.

"Secara de fakto", Yaman Utara dan Selatan sebenarnya telah jalan sendiri-sendiri.

Jurang pemisah antara Saleh dan Al-baidh dilaporkan malah semakin besar, dan keduanya kelihatannya bersiap untuk membujuk rakyat mereka agar menerima pemisahan sebagai jalan keluar kemelut negeri mereka, dan bukan penerapan persetujuan perujukan.

Perselisihan antara kedua pemimpin Yaman itu hanya membuat lumpuh pemerintahan dan menimbulkan ancaman pertumpahan darah berkepanjangan.
(2/05/94 08:30)

Tidak ada komentar: