Selasa, 19 Agustus 2008

CLINTON INGIN PIMPIN AMERIKA SEBAGAI ORANG MODERN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 18/1/97 (ANTARA) - Bill Clinton, yang Senin ini menikmati hadiah demokrasi bagi seorang presiden AS dan dilantik untuk masa jabatan kedua, ingin membawa negeri Paman Sam itu memasuki tahun 2000 sebagai orang modern bagi jaman modern.

Clinton, yang tahun lalu genap berusia 50 tahun, terpilih untuk masa jabatan kedua dengan janji "akan membangun jembatan menuju abad ke-21".

Namun terlepas dari sasarannya untuk menyeimbangkan anggaran federal, banyak pengulas dilaporkan menggambarkan agenda mendatang Clinton --yang disampaikan selama kampanye pemilihan umum 1996-- sebagai sederhana dan "jauh dari ambisi yang telah dibawa Clinton" ke Washington empat tahun sebelumnya.

"Saat ia memangku jabatan, Clinton dipenuhi dengan gagasannya sebagai pemimpin yang memikirkan banyak masalah seperti Franklin Roosevelt," demikian komentar ahli sejarah Universitas New Orleans Douglas Brinkley kepada Reuter. Roosevelet adalah tokoh terakhir Partai Demokrat yang terpilih dua kali mulai 1937.

Roosevelt juga menjadi legenda sebagai presiden AS yang membawa Amerika keluar dari Depresi Besar tahun 1930-an dan karena kepemimpinannya dalam Perang Dunia II.

Clinton juga dipandang sebagai tokoh pragmatis yang mau bekerja dan turuntangan ikut berunding.

Sementara itu menurut AFP, teknologi era ruang angkasa, filsafat "era baru" dan sosiologi dinamis menjadi "senjata" pemerintah Clinton.

Clinton juga dianggap telah melepaskan jubah Perang Dingin yang telah membebani para pembuat keputusan di AS hampir sepanjang abad ini.

Selama kampanye tahun lalu, Clinton menawarkan serangkaian gagasan murah dan kecil seperti peningkatan asuransi masyarakat dan perluasan hukum untuk memberi istirahat kerja bagi pertemuan guru-wali murid dan konsultasi dengan dokter.

Clinton juga berharap wajah-wajah baru dalam kabinetnya akan dapat menghadapi tantangan masa depan.

Pemerintahnya antara lain akan berhadapan dengan masalah perluasan NATO ke arah timur, tindakan yang ditentang Rusia, dan masalah Kuba selain setumpuk masalah lagi.

Sabotase dengan menggunakan peralatan canggih dan perang lewat komputer akan menjadi tantangan bagi Pentagon saat badan pertahanan AS itu berusaha membela negerinya dari "teror era baru".

Spesifik

Berbeda dengan gagasan para pendahulunya, banyak pengulas dilaporkan berpendapat bahwa banyak gagasan Clinton untuk masa jabatan keduanya kelihatan sempit, spesifik dan sederhana.

Ketika akhir 1996 ia berbicara di hadapan Dewan Pimpinan Demokratik, sekelompok tokoh moderat di dalam partainya, Clinton menyampaikan sasaran luasnya, dengan penyeimbangan anggaran menempati posisi teratas.

Upaya untuk dapat mengangkat kembali keuangan pemerintah federal akan menjadi prestasi luar biasa bagi Clinton.

Namun kesulitan bagi Clinton ialah Kongres dikuasai oleh kaum Republik, dan yang dapat dilakukannya, menurut banyak pengulas, adalah menyeimbangkan anggaran melalui kerjasama dengan partai oposisi.

Kenyataannya dipandang tercermin dalam penjelasan paling gamblang atas pola agendanya yang terbatas dan bersifat sentris.

Clinton juga telah menetapkan beberapa sasaran lain termasuk peningkatan pendidikan, pembaharuan kesejahteraan, pengurangan tingkat kejahatan dan kerusuhan di kalangan generasi muda.

Menurut Brinkley, agenda masa jabatan kedua Clinton tersebut merupakan pemangkasan program-program yang ada dan tampaknya takkan membuat jabatan keduanya itu akan mengukir prestasi besar dalam sejarah.

Selama masa kampanye, Clinton tak banyak memusatkan perhatian pada kebijakan luar negeri, berbeda dengan yang telah dilakukan para presiden pendahulunya di Amerika.

Banyak pejabat AS, sebagaimana dilaporkan Reuter, menyampaikan enam sasaran strategis Clinton; pembinaan kesatuan, Eropa yang damai, pengukuhan peran Amerika di wilayah Asia-Pasifik, mewujudkan perdamaian di tempat- tempat bergolak di Timur Tengah dan Irlandia Utara, memerangi terorisme, memelihara kekuatan diplomasi dan militer serta menggolkan ekonomi global yang terbuka.

Sementara itu ketika mengomentari hubungan mendatang Amerika Serikat dengan Irak, harian resmi di Baghdad, Al Jumhuriyah, menyatakan, Irak dan AS akan melakukan langkah pertama menuju normalisasi hubungan pada 1997.

Sejak serbuan tentara Irak ke Kuwait pada 1990, Baghdad telah terlibat pertikaian sengit dengan Amerika Serikat.

Menurut Al Jumhuriyah, yang dikutip AFP, "Presiden (Bill) Clinton dan para staf ahlinya sedang mempelajari cara untuk berhubungan dengan Irak."

"Tahun 1997 akan menjadi saksi langkah pertama ke arah normalisasi hubungan dengan Amerika Serikat dan ini akan ditafsirkan menjadi berlanjutnya hubungan dagang Amerika dengan Irak," katanya.

Al Jumhuriyah menyatakan, harian itu berharap pada 1997 akan menyaksikan "Washington memberi kebebasan lebih besar kepada Dewan Keamanan PBB untuk memutuskan pencabutan embargo ekonomi" yang dijatuhkan atas Irak karena serbuan tentaranya bulan Agustus 1990 ke Kuwait. (19/01/97 11:46)

Tidak ada komentar: