Selasa, 08 Mei 2001

RAFSANJANI TAMPIL LAGI DENGAN PROGRAM BARU

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 15/6 (ANTARA) - Ia dikenal sebagai tokoh fragmatis yang terus berusaha mempersatukan idealisme revolusioner Islam Iran dengan kebutuhan mendesak negeri itu saat ini, penyelesaian masalah ekonomi dan sikap bermusuhan negara lain.
Ali Akbar Hashemi Rafsanjani -- yang pernah menjadi orang dekat almarhum Pemimpin Revolusi Iran Ayatullah Ruhollah Khomeini -- memelopori perjalanan Iran dalam membangun ekonomi negeri tersebut. Ia juga berusaha menembus tabir pengucilan dunia internasional.
"Benar saya adalah seorang fragmatis. Saya berminat dengan fakta dan segala yang praktis". Itulah kata-katanya kepada wartawan tatkala berkunjung di Turki tahun 1991. "Iran akan berpegang teguh pada prinsip-prinsip revolusioner Islam dan secara bersamaan berusaha menampung sebanyak mungkin masukan dari Barat."
Mullah (orang alim) tingkat menengah dalam faham Syiah itu, menurut laporan kantor-kantor berita Barat, mendapat dukungan yang merosot bagi masa jabatan presiden keduanya dibandingkan dengan dukungan pada masa jabatan pertamanya.
Hasil penghitungan suara yang diumumkan hari Ahad (12/6) memperlihatkan Rafsanjani memperoleh 63,2 persen suara sedangkan pada Pemilu tahun 1989 tokoh moderat Iran itu memperoleh 94,5 persen suara.
Saingan terdekatnya -- ahli ekonomi Ahmad Tavakkoli -- menurut IRNA, meraih lebih dari 24 persen.
Dua saingan lain Rafsanjani, Abdolah Jasbi -- pemimpin suatu universitas swasta -- dan bekas anggota Majelis Iran -- Rajabali Taheri, memperoleh sebanyak 9,6 dan 2,3 persen suara.
Rafsanjani selama sembilan tahun menjadi Ketua Majelis (Parlemen) Iran sebelum terpilih menjadi presiden tahun 1989, setelah mendapat dukungan dari kawan dan pengganti Khomeini di bidang spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Ia terus berusaha menggolkan upaya pembaruan pasar bebas kendati banyak pihak di dalam negerinya tidak puas dengan tindakannya. Rafsanjani menyatakan pembaruan itu adalah satu-satunya cara membangun ekonomi yang makmur.

Suara kepercayaan
Setelah dapat dipastikan menang dalam pemilu untuk masa jabatan empat tahun keduanya, Rafsanjani dilaporkan menyebutnya sebagai suara kepercayaan yang akan membuat dia melancarkan pembaharuan ekonominya.
Menurut Rafsanjani, dua pertiga pemilih telah memberi dia tanda persetujuan.
Tetapi merosotnya dukungan bagi Rafsanjani menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin saja akan memperlambat laju pembaharuan yang telah mengguncang keuangan banyak orang di Iran.
Meskipun begitu, Rafsanjani -- ketika berbicara melalui radio pemerintah yang dipantau kantor berita UPI -- menyampaikan keyakinan bahwa kemenangannya cukup membesarkan hati di saat kesulitan ekonomi sedang dihadapi Iran.
Ia juga berpendapat hasil pemilu tersebut menunjukkan kematangan di kalangan pemberi suara di negerinya.
Program pembaharuan Rafsanjani mencakup penswastaan lembaga dan industri negara serta pengurangan bertahap subsidi besar di bidang bahan pokok seperti makanan dan bahan bakar.
Perekonomian Iran, yang belum pulih benar akibat perang delapan tahun melawan Irak, juga terkena dampak resesi dunia pada umumnya.

Bentrokan dengan AS
Selama krisis Teluk tahun 1990-91 akibat serbuan pasukan Irak ke Kuwait, Rafsanjani membawa Iran bersikap netral, meskipun kelompok garis keras di negeri tersebut mendesak agar Iran membantu Irak menghadapi pasukan multinasional pimpinan AS.
Tindakan Rafsanjanji itu ditambah desakan Teheran kepada semua kelompok milisi Syiah Libanon agar membebaskan semua sandera Barat tahun 1991 dan 1992 mendapat pujian Barat.
Meskipun begitu hubungan antara Iran dan Amerika Serikat tetap tidak membaik. AS tahun ini bahkan tetap memasukkan Iran dalam kelompok negara "pendukung terorisme".
Dalam wawancara dengan majalah AS, Times, bulan lalu -- sebagaimana dikutip Reuter, Rafsanjani juga menuduh Washington mengingkari janji tak langsungnya untuk mencairkan aset Iran yang dibekukan sebagai imbalan bagi pembebasan sandera-sandera Barat.
Washington tidak mengendurkan tekanan atas aliansinya agar tidak menanam modal di Iran, sedangkan Iran membutuhkannya untuk menghidupkan kembali perekonomian negeri tersebut.
Tindakan AS mempersamakan Iran dengan Irak menimbulkan keprihatinan di kalangan aliansinya bahwa sikap bermusuhan seperti itu bisa membuat Iran kembali ke jalur keras.
Banyak pengamat berpendapat Barat mestinya mempertahankan tekanan atas Rafsanjani guna membendung aksi kekerasan oleh kelompok-kelompok garis keras di luar negeri.
Rafsanjanji -- yang dilahirkan 25 Agustus 1934 di sebuah desa di Iran Selatan -- pergi ke kota suci kaum Syiah, Qom, untuk mempelajari teologi ketika berusia 14 tahun.
Ia juga ikut dalam Revolusi Islam Iran pada awal tahun 1960-an dan lima kali dijebloskan ke dalam penjara selama masa 15 tahun kemudian karena menjadi anggota aktif kelompok oposisi.
Setelah keberhasilan Revolusi Islam Iran tahun 1979, ia ditunjuk oleh Imam Khomeini sebagai anggota Dewan Revolusioner.
Ia lolos dari upaya pembunuhan tahun 1979 dengan menderita luka ringan.
(15/06/93 10:06)

Tidak ada komentar: