Rabu, 30 April 2008

KEPULANGAN ORANG PALESTINA BUANGAN, KETAKBERDAYAAN DUNIA

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 16/12 (ANTARA) - Sekitar setahun setelah "membuang" 415 orang Palestina, Israel pada Selasa minggu ini diberitakan memberitahu sisa 215 orang Palestina di tanah beku tak bertuan di Libanon Selatan bahwa mereka dapat pulang sehari kemudian.

Pemimpin mereka, Abul Aziz Al Rantisi, setelah menerima surat pemberitahuan itu dilaporkan kantor-kantor berita Barat mengumumkan agar orang Palestina buangan tersebut berkumpul di tempat penyeberangan Zemraya, dua kilometer dari kamp orang Palestina buangan, pukul 08:00 waktu setempat (13:00 WIB) hari Rabu.

Tetapi, 16 orang diantara mereka takkan kembali ke wilayah pendudukan karena mereka tak ingin menjalani hukuman penjara lagi sekembali mereka dari pembuangan, dan mereka telah menyelinap dari kamp tersebut.

Keenam belas orang itu telah menyelinap dari kamp tersebut dan bermaksud tinggal di Libanon, atau pergi ke Jordania atau Eropa.

Israel tanggal 17 Desember 1992 membuang selama dua tahun 415 orang Palestina ke tanah tak bertuan di Libanon Selatan, karena mereka dituduh memiliki hubungan dengan kelompok pejuang garis keras Palestina.

Tindakan Israel tersebut melambungkan nama gerakan perjuangan garis keras Palestina, HAMAS, yang menentang pembicaraan perdamaian Timur Tengah, dan PLO terpaksa mengikuti kemauan gerakan itu serta menangguhkan pembicaraan perdamaian dengan Israel.

Belakangan ini, karena kuatnya tekanan internasional, penguasa Yahudi mengubah keputusannya mengenai masa pembuangan itu menjadi satu tahun dan berjanji memulangkan mereka tanggal 17 Desember 1993. Bulan September lalu, Israel memulangkan lebih dari 180 orang Palestina buangan.

Wartawan Reuter Bassem Hajj melaporkan dari Libanon bahwa semua orang Palestina buangan tersebut sangat bersemangat menyambut pengumuman tersebut, kendati sebagian dari mereka menghadapi kenyataan akan dijebloskan lagi ke dalam penjara dan bukan pulang ke rumah mereka.

Sementara itu AFP dengan mengutip pernyataan beberapa sumber militer di Jerusalem mewartakan orang Palestina buangan tersebut akan ditahan selama 96 jam di tangsi militer Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza untuk diinterogasi.

Orang-orang yang dicurigai telah melakukan kejahatan merusak keamanan akan dijebloskan ke dalam penjara.

Orang-orang Palestina buangan tersebut juga dilaporkan menyampaikan bermacam ungkapan rasa senang, karena tak lama lagi sebagian dari mereka dapat berkumpul lagi dengan sanak-keluarga mereka.

Resolusi 799

Betapapun besarnya kegembiraan orang Palestina karena akan segera pulang, sebenarnya kemenangan -- baik diakui atau tidak -- berada di pihak Yahudi.

Tak lama setelah Israel membuang 415 orang Palestina ke Libanon Selatan, masyarakat dunia -- terutama negara-negara Islam -- bereaksi keras dan mengecam tindakan penguasa Yahudi itu.

PBB pun jadi sibuk menghadapi desakan negara-negara yang menentang tindakan Israel tersebut, dan sehari setelah pembuangan orang Palestina itu badan dunia tersebut mengeluarkan resolusi.

Resolusi Nomor 799 Dewan Keamanan PBB meminta Israel memulangkan "segera" semua orang Palestina buangan tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros-Ghali, dalam suratnya, juga mengancam akan merekomendasikan Dewan Keamanan agar melakukan tindakan lebih lanjut guna menindak Israel.

Akan tetapi bukannya tunduk pada tuntutan resolusi itu, penguasa Yahudi malah mengancam PBB dan menyatakan bersedia memulangkan mereka dalam waktu satu tahun.

Duta Besar Israel di PBB, Gad Yaacobi, menyatakan di badan dunia tersebut bahwa jika Dewan Keamanan terus menekan Israel agar memulangkan semua orang Palestina buangan, tindakan itu bisa merusak proses perdamaian Timur Tengah.

Sejak saat itu, Israel juga berusaha mengulur waktu dan "memperlihatkan sikap lunak" dengan memulangkan sebanyak 19 orang Palestina. Sebagian dari mereka dipulangkan karena, menurut Israel, "telah terjadi kekeliruan" dalam pembuangan mereka.

Yaacobi juga menyatakan bahwa Tel Aviv "bersedia menyambut baik" setiap pembicaraan mengenai pemulangan orang Palestina buangan tersebut dengan utusan PBB Chinmaya Gharekhan.

Kecewa

Tindakan ulur waktu Israel dan tak-adanya kelanjutan upaya PBB untuk menekan negara Yahudi -- tidak seperti tindakan Dewan Keamanan tatkala serdadu Irak menyerbu Kuwait bulan Agustus 1990 -- membuat frustrasi pihak Palestina.

Tak lama setelah pasukan Irak menduduki keemiran yang kaya akan minyak itu, Dewan Keamanan serta-merta menjatuhkan embargo atas Irak. Bahkan, Amerika Serikat, yang menjadi pelopor dalam menentang Baghdad, begitu kuat membela Israel.

Menteri Luar Negeri AS Warren Christopher membahas dengan Israel cara menembus kebuntuan dalam proses perdamaian Timur Tengah akibat pembuangan orang Palestina tersebut.

Kekecewaan atas ketidak-mampuan PBB menindak Israel dan dukungan AS atas negara Yahudi dicetuskan jurubicara tim perunding perdamaian Palestina Hanan Ashrawi. Ia bahkan menyalahkan Perdana Menteri Yitzhak Rabin dan Presiden AS Bill Clinton -- yang tidak menyinggung-nyinggung masalah orang Palestina buangan dalam pertemuan mereka pertengahan Maret 1993.

Sebenarnya, delegasi perunding Palestina berharap masalah itu paling tidak akan dibicarakan. Ashrawi saat itu menuduh Clinton dan Rabin tak perduli dengan masalah pembuangan orang Palestina.

Selain dukungan AS, Israel juga mendapat keuntungan dari kejadian-kejadian lain di dunia yang menenggelamkan masalah orang Palestina buangan tersebut.

Pertempuran yang tak kunjung reda di Bosnia-Herzegovina berulangkali menarik perhatian masyarakat dunia dan pers Barat.

Kemelut Libya dengan AS dan Inggris, serta Perancis mengenai peledakan pesawat Pan Am di atas wilaya Lockerbie dan pesawat UTA di Nigeria kian menyeret perhatian dari masalah orang Palestina buangan.

Kemudian, pada kwartal keempat tahun ini, tepatnya tanggal 13 September 1993, penandatanganan persetujuan otonomi terbatas PLO-Israel membuat nasib orang Palestina buangan semakin terlupakan.

Sementara itu waktu terus bergulir dan batas waktu yang dijanjikan Israel telah tiba, orang Palestina buangan telah diperkenankan kembali ke rumah mereka dan sebagian akan mendekam di penjara.

Kegembiraan orang Palestina karena diizinkan pulang sekali membuat perhatian dunia berpaling dari tindakan untuk menekan Israel.

Setahun setelah Israel membuang 415 orang Palestina ke tanah beku tak bertuan di Libanon Selatan, tak satu sanksi pun dijatuhkan atas negara Yahudi tersebut kendati saat Israel melakukan tindakan itu, bermacam cacimaki menghantam penguasa Yahudi. (16/12/93 14:39/RU3)

Tidak ada komentar: