Rabu, 30 April 2008

KESEMPATAN BUKAN LAGI MONOPOLI KAUM PRIA DI OMAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 16/11 (ANTARA) - Rakyat Kesultanan Oman -- yang belum memperlihatkan apa-apa sebelum sultannya yang sekarang Qaboos bin Said naik tahta -- kini mulai mengecap kenikmatan di berbagai bidang kehidupan.

Sultan Qaboos, yang menggantikan ayahnya Sultan Said bin Taimur bulan Juli 1970, telah mengumumkan tekadnya untuk melanjutkan proses pembangunan di negerinya dan mengupayakan penyediaan kesehatan secara gratis buat rakyatnya.

Di antara tindakan pertamanya ialah penghapusan pembatasan anarki dalam kehidupan dan segala kegiatan, serta peningkatan pendidikan dan kehidupan sosial lain yang sangat dibutuhkan rakyat Oman.

Selain itu, Sultan Qaboos memberi perhatian tinggi pada pengembangan hubungan internasional negerinya, keadaan yang nyaris tak ada sebelum tahun 1970.

Segala upaya yang dirintis Sultan Qaboos 23 tahun lalu, melalui kombinasi pemerintah tradisional dengan bentuk pemerintah modern, mulai memperlihatkan hasil. Pada 18 November 1993, Oman merayakan 23 tahun naik tahtanya Sultan Qaboos.

Keunikan cara pemerintahan Sultan Qaboos ialah sistem gaya lama kesultanan -- rakyat Oman diberi hak bertemu dengan sultan -- yang dianggap sebagai ayah oleh rakyatnya -- tetap dihidupkan berdampingan dengan kabinet menteri berserta staf dan tanggung jawabnya.

Generasi kedelapan Bani Al-Busaid itu -- yang dikirim ayahnya untuk menimba ilmu di Inggris tatkala berusia 16 tahun -- juga menyeru rakyatnya agar ikut dalam kegiatan yang akan mereka laksanakan bersama. Bani Al-Busaid berdiri dengan cikal-bakal Imam Ahmad bin Said tahun 1744.

Ucapannya mengenai tindakan "meng-Oman-kan" negerinya, dalam seruan kepada seluruh warganegara Oman agar pulang kampung, mendapat tanggapan yang membesarkan hatinya. Tak lama setelah ia mengeluarkan seruan itu, orang-orang Oman mulai pulang ke negeri mereka dari segala penjuru dunia.

Tugas yang dihadapi Sultan kelahiran Salalah, Dhofar, di bagian selatan Oman pada 18 November 1940 itu tidak lah ringan.

Tiga tahun sejak minyak -- yang kini menjadi tulang punggung ekonomi negeri tersebut -- ditemukan, belum banyak kemajuan yang dicapai. Minyak ditemukan pada 1964 yang mulai berproduksi tahun yang sama. Pada 1992 produksinya mencapai tingkat tertinggi sebanyak 750.000 barel per hari.

Sultan Qaboos boleh dibilang mewarisi kemandegan yang telah terjadi selama lebih dari satu abad -- ditambah dengan kurangnya pembangunan, buta huruf, angka kematian yang tinggi dan keterpencilan.

Selain minyak, Oman juga memiliki gas alam, yang ditemukan secara kebetulan dan dalam waktu singkat memberi hasil memuaskan. Tahun 1990, produksi gas alam kesultanan yang terletak di pintu masuk Teluk tersebut mencapai 9,8 miliar kubik dan melonjak menjadi 17 miliar kubik tahun lalu.

Oman juga telah lama dikenal sebagai ladang mineral. Tiga ribu tahun lalu, tembaga sudah digali dan diekspor ke manca negara.

Tembaga ditemukan di Wadi Jizzi, dekat Sohar, dan Rakah, serta Hayl Al Safil yang terletak 215 kilometer dari Sohar.

Pendidikan dan kesehatan

Sebelum Sultan Qaboos naik tahta, Oman hanya memiliki tiga sekolah untuk pria, di Matrah, Muskat dan Salalah, dan tak satu sekolah pun untuk wanita. Kini, pria dan wanita telah memiliki kesempatan pendidikan yang sama.

Pada tahun ajaran 1992/1993, terdapat 878 sekolah pendidikan umum dengan jumlah pelajar 424.962 orang, wanita sebanyak 47,35 persen dari jumlah itu, sedangkan pada tahun ajaran 1969/1970 hanya terdapat 909 siswa.

Menteri Pendidikan Oman, Yahya bin Mahfudh Al Mantheri, yang juga adalah Wakil Penasihat di Universitas Sultan Qaboos, telah mengumumkan bahwa selama Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat saat ini akan dibangun 65 gedung sekolah lagi. Selain itu, 79 bangunan baru akan menggantikan gedung sekolah yang kini sudah tidak memadai lagi.

Oman menuangkan tahap pembangunannya dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun.

Pemerintah, menurut staf Kementerian Penerangan Oman Darwish bin Essa Al-Balushi, membebaskan rakyatnya dari biaya pendidikan dan kesehatan.

Ny. Houda Al Ghazali, Penasihat Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial, mengatakan kepada ANTARA di Muskat belum lama ini bahwa kaum wanita Oman kini memiliki kesempatan yang sama dengan kaum pria bukan hanya di bidang pendidikan, tetapi juga dalam lapangan pekerjaan.

Al Ghazali menambahkan: "Saya bangga dengan kondisi kesehatan saat ini, karena sebelum tahun 1970 banyak anak meninggal akibat kurangnya imunisasi."

Lalu Sultan Qaboos, katanya, memutuskan Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, di samping Sultan sendiri, harus melakukan peninjauan dalam pemberian imunisasi.

"Kami harus melibatkan pejabat," katanya. "Dengan demikian rakyat akan merasa yakin bahwa apa yang sedang dilakukan adalah sesuatu yang sangat penting."

Hasilnya ialah pada tahun 1986-1987 imunisasi telah menjangkau 70 persen rakyat Oman, dan tahun 1993 telah mencapai 90 persen rakyat negeri tersebut.

Kesejahteraan sosial

Sebagai negara dengan penduduk 100 persen beragama Islam, Oman sejak lama sudah memiliki sistem kesejahteraan sosial melalui pembayaran zakat dari rakyatnya.

Uang dari zakat dilaporkan, ternyata tidak memadai bagi masyarakat negeri itu yang terus berkembang, sehingga kesejahteraan sosial pun ditingkatkan guna membantu rakyatnya yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi.

Darwish mengatakan, pemerintah menyediakan rumah buat rakyat yang tidak mampu. Namun, pendatang yang hanya beberapa hari berada di kesultanan tersebut sulit membedakan mana rakyat yang berharta dan mana yang tidak, karena corak pakaian mereka serupa dan sopir Kementerian Penerangan Oman saja memiliki mobil pribadi.

"Setiap orang Oman punya mobil," kata Darwish.

Guna meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, Sultan Qaboos menugasi Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial untuk menangani masalah kesejahteraan perorangan dan keluarga.

Melalui berbagai saluran, pendekatan modern pun dilakukan. "Petugas kami mendatangi perorangan, keluarga, perkumpulan dan organisasi kemasyarakatan guna memberi penjelasan tentang kesejahteraan," kata Al Ghazali.

Oman juga tidak mengabaikan nasib mereka yang cacat mental atau fisik. Kementerian Sosial mendirikan Departemen Kesejahteraan Khusus tahun 1980 guna mewujudkan kesempatan untuk menikmati standar hidup yang baik dan memperoleh penghasilan bagi rakyat negeri itu yang menderita cacat.

Kini, hasil yang dicapai Sultan Qaboos ialah, seperti yang dikatakan seorang staf Kementerian Penerangan Oman, Yahya, "Tidak ada orang Oman yang cemberut, semuanya tersenyum." (16/11/93 09:04)

Tidak ada komentar: