Rabu, 30 April 2008

PEMBICARAAN RAHASIA LEBIH EFEKTIF DARI PROSES RESMI ?

Oleh: Chaidar Abdullah

Jakarta, 5/9 (ANTARA) - Angin perubahan dan santernya pemberitaan mengenai perkembangan optimistis dalam jalur perdamaian Palestina- Israel tampaknya merampas perhatian dunia dari pembicaraan perdamaian Timur Tengah di Washington.

Pembicaraan perdamaian Arab-Israel yang telah berlangsung selama 22 bulan itu seperti tenggelam dalam gencarnya berita mengenai hasil pembicaraan rahasia antara PLO dan Israel di Norwegia.

Delegasi-delegasi Israel, Suriah, Libanon, Jordania dan Palestina telah terlibat dalam 11 babak pembicaraan, tapi hasil yang dicapai dari semua pembicaraan yang dimulai di Madrid 22 bulan lalu kelihatannya tak berarti bila dibandingkan dengan hasil pertemuan rahasia PLO-Israel di Norwegia.

Perkembangan paling akhir dalam proses pembicaraan rahasia yang dilaporkan telah berlangsung selama 14 kali antara PLO, yang tadinya dicap sebagai organisasi "teroris" oleh Tel Aviv, dan pemerintah Israel, bisa dikatakan telah membeberkan kegagalan proses perdamaian yang dimulai di Madrid tahun 1991.

Amerika Serikat sendiri, bersama dengan bekas Uni Sovyet, yang memprakarsai pembicaraan perdamaian Timur Tengah bahkan dengan mencairkan pinjaman sebesar 10 miliar dolar AS ketika Israel menyatakan kesediaannya berunding dengan pihak Arab, ikut tersisih.

Banyak pejabat AS mengakui mereka selama ini hanya memainkan peran kecil dalam pembicaraan langsung PLO-Israel yang kini diduga akan menghasilkan saling pengakuan dan barangkali juga persetujuan perdamaian lebih luas sehingga mencakup seluruh wilayah pendudukan Israel.

Berdasarkan hasil yang dicapai saat ini, bangsa Palestina akan diberikan kekuasaan otonomi terbatas di Jalur Gaza dan kota Jericho di Tepi Barat Sungai Jordan.

Meskipun diberi penjelasan mengenai pertemuan rahasia tersebut, beberapa pejabat AS dilaporkan tidak dimintai pendapat.

Kendati demikian, Menteri Luar Negeri AS Warren Christopher berusaha menyelamatkan muka pemerintah AS dengan menawarkan dukungan penuh bagi semua upaya perdamaian di wilayah yang mudah bergolak tersebut.

AS bersedia mengatur upacara penandatanganan persetujuan otonomi terbatas PLO-Israel.

Yang penting isi

Betapapun lamanya proses perdamaian yang telah berlangsung mulai dari Madrid, isi yang dicapai lebih penting dibandingkan proses itu sendiri.

Akan tetapi jurubicara Departemen Luar Negeri AS Michael McCurry berkilah pembicaraan perdamaian resmi selama 22 bulan terakhir ini membantu semua pihak memperoleh saling pengertian lebih jelas mengenai perbedaan pendapat di antara mereka dan penyelesaian yang mungkin dicapai.

Walaupun sadar bahwa pertemuan rahasia diadakan antara Palestina dan Israel dan Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres melancarkan upaya di belakang layar, para pejabat AS tak mengungkitnya dalam proses perdamaian.

Para pejabat AS kelihatannya baru menyadari dampak pembicaraan rahasia itu ketika Peres berkunjung ke Kalifornia dan bertemu dengan Christopher serta menjelaskan rancangan deklarasi mengenai prinsip-prinsip yang disusun di Oslo.

Washington sekali ini gagal memperhitungkan perubahan sikap Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin.

Rabin diduga mempunyai gagasan bahwa saatnya sudah tiba untuk bertindak bagi perdamaian ketika ia menyaksikan kebungkaman Suriah saat militer Israel menggempur kubu Hizbullah (Partai Allah) di Libanon Selatan belum lama ini.

Dirampas

Saeb Erakat, wakil pemimpin delegasi Palestina yang bertemu dengan Israel dalam babak ke-11 pembicaraan perdamaian Timur Tengah mengakui bahwa kerangka kerja yang digelar di Madrid telah dirampas oleh pembicaraan rahasia tersebut, dan mereka "sedang menunggu instruksi".

Berdasarkan pembicaraan perdamaian Madrid, delegasi Palestina ikut dalam pembicaraan itu sebagai bagian dari delegasi Jordania, dan kini masalah otonomi terbatas Palestina malah mendominasi pemberitaan mengenai proses perdamaian Timur Tengah.

Hasil pembicaraan rahasia tersebut juga menyisihkan landasan utama pihak Arab; pihak Arab tak dapat mencapai persetujuan terpisah dengan Israel guna mewujudkan penyelesaian menyeluruh konflik Arab-Israel.

Meskipun begitu Erakat berusaha membela persetujuan yang disebut "dahulukan Gaza-Jericho", yang harus disahkan oleh Israel dan Palestina, dan menyatakan perdamaian mutlak hanya dapat dicapai jika bersifat global dan Palestina sampai saat ini belum menandatangani persetujuan itu.

Apapun reaksi yang timbul dari persetujuan tersebut, yang jelas kini delegasi Palestina dapat disamakan dengan delegasi Arab lain ke pembicaraan perdamaian.

Pembicaraan rahasia itu dimotori oleh sivitas akademika Norwegia, Terje Rod Larsen, yang pertama kali mendekati kedua pihak tersebut sekitar satu tahun lalu guna meminta koordinasi dalam studi mengenai kondisi kehidupan rakyat Palestina di wilayah pendudukan.

Larsen, Direktur Institut Sains Terapan Norwegia, dilaporkan mendekati Deputi Menteri Luar Negeri Israel Yossi Beilin melalui rekannya, Yair Hirchfeld, dosen studi Timur Tengah di Haifa University. Hirchfeld belakangan menjadi bagian dari tim rahasia itu.

Pemain penting lain dari Norwegia ialah Menteri Luar Negeri Johan Jorgen Holst dan Jan Egeland, Menteri Negara Urusan Luar Negeri Norwegia.

Setelah beberapa bulan dilakukan riset dan pihak Israel serta Palestina semakin saling mengenal, potensi untuk mencapai sasaran lebih luas kian membayang.

Sementara itu pemimpin PLO Yasser Arafat dan Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres memberi lampu hijau bagi dilanjutkannya pembicaraan guna meraih kemungkinan paling jauh, saling pengakuan.

Bulan Mei, Peres memimpin berbagai kontak rahasia dengan organisasi yang tak mau diajak berunding oleh bekas Perdana Menteri Yizhak Shamir, dan mengirim Direktur Jenderalnya, Uri Savir, ke Norwegia untuk memimpin tim enam anggota guna menilai kemajuan yang dicapai.

Di pihak Palestina, Arafat mengirim Ahmed Krai, pejabat senior PLO yang dikenal dengan nama Abu Allah, untuk memimpin kelompok perundingnya.

Salah satu sebab yang membuat kerahasiaan semua pertemuan tersebut terjamin adalah Peres sebagai pelaku. Selama ini Peres dikenal terlibat persaingan dengan Rabin, tapi akhir bulan Agustus, Rabin mengatakan "musuh bebuyutannya" itu selalu memberitahu dia setiap tindakan yang dilakukannya. ( 5/09/93 21:45)

Tidak ada komentar: