Rabu, 30 April 2008

KRISIS NIGERIA TAK KUNJUNG REDA

Oleh: Chaidar Abdullah

Jakarta, 19/8 (ANTARA) - Tawaran Presiden Nigeria Jenderal Ibrahim Babangida untuk meletakkan jabatan bukan jaminan bahwa negeri itu akan segera terlepas dari krisis politik yang belakangan ini telah mencengkeram negeri tersebut dan masalah baru pun mulai merebak mengenai pengganti pemimpin militer Nigeria itu.

Presiden Ibrahim Babangida hari Selasa (17/8) menawarkan pengundaran diri tanpa mengumumkan calon penggantinya, sementara krisis di negeri tersebut belum memperlihatkan tanda akan berakhir.

Menteri Luar Negeri Matthew Mbu hari berikutnya mempertegas tawaran pengunduran diri Babangida tersebut.

Sementara itu saingan Babangida -- Moshood Abiola, yang dianggap menang dalam pemilihan presiden tanggal 12 Juni -- menganggap pengumuman Babangida tak berarti sama sekali.

Tindakan Babangida membatalkan hasil pemungutan suara Juni lalu untuk memilih penggantinya dari sipil membuat Nigeria terjerumus ke dalam krisis politik terburuk sejak berakhirnya perang Biafra 23 tahun lalu.

Menurut laporan kantor-kantor berita Barat, bekas pemimpin militer Nigeria Jenderal (Purn.) Olusegun Obasanjo berpendapat apa yang dibutuhkan untuk mengakhiri kebuntuan politik di negerinya bukan tawaran pengunduran diri tapi keputusan Babangida untuk benar-benar meletakkan jabatan.

Pidato Babangida di hadapan Majelis Nasional hari Selasa dilaporkan malah membuat anggota Parlemen negeri itu bingung mengenai nasib negeri yang dilanda krisis sejak pembatalan pemungutan suara tanggal 12 Juni lalu tersebut.

Sulit diterka orang yang akan menjadi pemimpin sementara negeri itu bila Babangida benar-benar meletakkan jabatan.

Bahkan belum ada laporan apakah pemimpin militer negeri tersebut mengabulkan tawaran Babangida.

Memang tersiar laporan bahwa sebagian jenderal senior Nigeria menyokong pengunduran diri Babangida, tapi sekelompok teman dekatnya yang ikut melancarkan kudeta tanggal 27 Agustus 1985 sehingga mengantarnya ke jabatan presiden merasa keberatan untuk meluluskan tawaran pengunduran diri itu.

Pemerintah sementara

Kendati pemerintah sementara dibentuk setelah pembatalan pemungutan suara, kelompok pro-demokrasi di negeri tersebut beranggapan tindakan itu hanyalah muslihat untuk melestarikan kekuasaan militer.

Pemerintah sementara itu direncanakan dipimpin oleh kelompok sipil, mengadakan pemilihan presiden baru bulan September 1994 dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang dalam pemungutan suara tanggal 31 Desember tahun depan.

Para pengritik Babangida dilaporkan menuduhnya ingin mempertahankan kekuasaan dan "Babangida ingin menggantikan Babangida".

Pendapat itu semakin kuat terutama setelah ia menyampaikan kesediaan untuk membagi pengalamannya pada akhir masa kekuasaan pemerintah sementara.

Pernyataan tersebut dianggap mengandung arti bahwa ia akan menukar pakaian seragamnya dengan pakaian sipil sehingga dapat memimpin pemerintah mendatang, dan ia ingin mempertahankan posisi sebagai pelaku utama dalam kancah politik negeri itu.

Menurut laporan, sebagian calon yang mungkin memimpin pemerintah sementara Nigeria terdapat ahli ekonomi negeri tersebut seperti Pius Okigbo dan Ketua Senat Iyorchia Ayu.

Krisis 10 pekan di Nigeria telah mengakibatkan protes, sebagian berubah menjadi kerusuhan dan merenggut korban.

Peran militer

Meskipun Babangida tak mau disebut sebagai perintang demokrasi, ia mengisyaratkan bahwa militer tetap akan mengawasi kegiatan politik di Nigeria.

Dalam pidatonya, sebagaimana dilaporkan, ia berkata: "Angkatan bersenjata akan membela pemerintah sementara dengan seluruh kekuatannya guna menjamin kelanjutan hidup pemerintahan itu."

Ia juga mengumumkan bahwa Nigeria akan memiliki pemerintah sementara, meskipun tanpa melalui pemilihan tapi memiliki landasan undang-undang dasar.

Pemerintah baru negeri tersebut direncanakan hanya akan berisi satu personil militer, Menteri Pertahanan, tapi selain dewan eksekutif akan terdapat badan pembuat keputusan yang terdiri atas sipil, angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan kepala polisi.

Kesediaan Babangida sendiri untuk meletakkan jabatan masih tetap diragukan. Tahun lalu Babangida juga menangguhkan penyerahan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Sementara itu Abiola, yang sedang berusaha menghimpun dukungan dari luar negeri dan menyatakan menang dalam pemilihan presiden Juni lalu, menyampaikan keinginannya untuk kembali ke negerinya tanggal 24 Agustus, tiga hari sebelum jadwal penyerahan kekuasaan dari Babangida kepada pemerintah sementara. Ia saat ini berada di Inggris dan mengatakan ingin diambil sumpah pada saat penyerahan jabatan tersebut.

Namun rencana itu diragukan oleh banyak pejabat Nigeria terutama setelah Babangida mengumumkan takkan mengubah keputusannya mengenai pembatalan hasil pemungutan suara bulan Juni. (19/08/93 20:19)

Tidak ada komentar: