Sabtu, 14 Juni 2008

HUJAN TAK LUMRAH RENGGUT KORBAN JIWA DI CHINA

Hujan yang tidak biasa mengguyur bagian timur dan selatan China dalam beberapa hari terkahir, sehingga menimbulkan korban jiwa dan pengungsian besar.
Enam orang tewas dan empat orang lagi hilang sejak Jumat pekan lalu, setelah hujan badai memporak-porandakan sebagian Provinsi Guangdong di China selatan dan menyebabkan air sungai meluap, banjir terbesar, dalam hampir setengah abad, kata beberapa pejabat Sabtu (14/6/08).
Dari pukul 19:00 Jumat (13/6/08) hingga pukul 07:00 Sabtu, 103 tempat pemantauan di seluruh provinsi tersebut melaporkan telah terjadi hujan salju setebal lebih dari 100Mm, dan yang terparah hingga mencapai 269Mm di Kota Kecil Duanfen, Kota Jiangmen, kata Markas Bantuan Kemarau dan Pemantauan Banjir Provinsi Guangdong.
Korban jiwa meliputi empat di Shenzhen dan dua di Shaoguan. Korban hilang meliputi dua orang di Heyuan dan satu masing-masing di Qingyuan dan Shaoguan, kata lembaga tersebut sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua.
Sejak 25 Mei hingga Sabtu, 18 orang telah tewas dan 2,22 juta orang di 17 kota besar di Guangdong telah menjadi korban badai. Rata-rata curah hujan 415Mm adalah dua kali lipat tingkat jangka-panjang, menurut statistik dari berbagai markas pemantauan hingga pukul 08:00 Sabtu.
Sebanyak 3.684 rumah juta telah ambruk dan 156.700 hektare tanaman kebanjiran. Kerugian di provinsi itu mencapai 1,87 miliar yuan (271 juta dolar AS).
Karena sering menghadapi bencana alam, pemerintah lokal dan pusat telah menjadi terampil dalam menangani keadaan darurat seperti banjir. Itu terlihat pada akibat gempa 12 Mei di Provinsi Sichuan.
Meskipun ada korban jiwa dengan datangnya musim hujan, tindakan darurat yang dilakukan oleh pemerintah lokal telah terbukti agak efektif dalam mengurnagi korban jiwa.
Pada Jumat, markas pemantauan banjir di Provinsi Guangdong menaikkan tingkat kondisi darurat banjir dari Tingkat IV jadi Tingkat III, sehingga mempertegas mendesaknya upaya pencegahan.
Sebanyak 100.000 warga di Kota Lechang, Guangdong, diungsikan setelah kota besar itu terendam banjir akibat meluapnya air Sungai Wujiang, tapi tak ada laporan mengenai korban jiwa.
Di daerah aliran sungai di Lechang, air mencapai ketinggian 91,12M, 3,92M lebih tinggi dari batas siaga pada tengah malam Jumat. Permukaan air di sungai tersebut telah mulai turun secara perlahan.
Pukul 07:00 Sabtu, Sungai Xijiang di Guangdong juga melewati batas siaga di banyak tempat, kata berbagai markas pemantauan. Air sungai itu diperkirakan akan naik lebih tinggi lagi kalau hujan terus mengguyur, kata Huang Boqing, Wakil Direktur Markas Bantuan Kemarau dan Pemantauan Banjir Provinsi Guangdong, Sabtu.
Belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat banjir dari sungai Wujiang dan Xijiang, katanya.
Sebanyak 20 orang tewas dan delapan orang hilang sejak 7 Juni di daerah Sungai Pearl, terutama di Guangdong dan Guangxi. Sebanyak 7,61 juta orang di daerah tersebut telah jadi korban dan 11.200 rumah ambruk.
Sebanyak 421.000 hektare tanaman jadi korban, lebih dari separuhnya terendam, kata Kantor Markas Bantuan Kemarau dan Pemantauan Banjir Negara Bagian.

Tidak ada komentar: