Sabtu, 14 Juni 2008

MESKI JAFFNA JATUH, KEKUATAN LTTE MASIH HARUS DIPERHITUNGKAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 21/7/96 (ANTARA) - Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE), kelompok pemberontak Sri Lanka yang terdesak dan bersikap bertahan setelah kehilangan semenanjung Jaffna, berusaha memperlihatkan bahwa kelompok itu masih memiliki kekuataan yang harus diperhitungkan dengan menyerang satu kamp militer Kolombo pada 18 Juli lalu.

Kelompok tersebut yang ingin mendirikan negara merdeka bagi etnik minoritas Tamil di bagian utara dan timur Sri Lanka menyatakan menewaskan "lebih dari 800 prajurit" Kolombo dan kehilangan 120 petempurnya dalam serangan itu, yang terbesar dalam 13 tahun pemberotakannya.

Suatu pernyataan yang dikeluarkan LTTE dan disiarkan Reuter berbunyi, gerilyawan telah sepenuhnya menguasai kamp di distrik Mullaitivu, bagian timurlaut Sri Lanka 200 kilometer dari Kolombo, menyusul serangan sebelum fajar pada Kamis, tapi militer Kolombo langsung membantah pernyataan tersebut.

Jurubicara militer, menurut laporan, menggambarkan pernyataan pemberontak bahwa lebih dari 500 prajurit Sri Lanka telah tewas dalam serangan itu adalah ucapan berlebihan.

Stasiun radio corong pemberontak Suara Macan, Sabtu, melaporkan serangan lain gerilyawan terhadap kamp militer di kota Batticaloa, bagian timur negeri tersebut, dan 14 prajurit Kolombo tewas dalam serangan itu, sementara LTTE "kehilangan empat petempur".

LTTE juga dilaporkan melancarkan serangan dari laut di dekat pantai Mullaitivu Jumat petang. Suatu pernyataan militer sehari kemudian mengakui satu kapal bermeriam angkatan laut yang membawa 35 orang tenggelam ketika ditabrak dua perahu pemberontak yang membawa beberapa penyerang bunuh diri.

Seorang diplomat Barat berkomentar bahwa kesan yang tersiar sebelumnya ialah LTTE terdesak dan berusaha menyelamatkan diri.

Tetapi serangan-serangan paling akhir kelompok pemberontak itu disebut-sebut sebagai upaya sangat serius untuk membuktikan bahwa LTTE masih dapat merenggut banyak korban di pihak militer Sri Lanka, aksi yang kelihatannya cukup mengejutkan militer.

Pada Juni, kepala staf militer Letnan Jenderal Rohan Daluwatte diberitakan mengesampingkan serangan konvensional pemerontak pada masa datang setelah LTTE dipaksa meninggalkan kubunya di Jaffna.

Daluwaatte yakin bahwa setelah semenanjung Jaffna jatuh, pemberontak Tamil itu tak mampu lagi melancarkan serangan besar.

Awal 1990-an LTTE pernah membuktikan kemampuannya dan menguasai beberapa pos terdepan militer dalam serangkaian serangan "gelombang manusia".

Menurut beberapa pengulas, LTTE -- yang dihalau dari kubu mereka di semenanjugn Jaffna dalam serangkaian gelombang serangan militer -- tampaknya telah menghimpun semua kekuatannya untuk melancarkan serangan pada Kamis tersebut.

Militer Sri Lanka melaporkan 3.000 sampai 4.000 gerilyawan ikut dalam serangan terhadap kamp yang dijaga oleh 1.000 prajurit.

Seorang pengulas pertahanan berkomentar jika dilihat dari jumlah tersebut, "jumlah korban di Mullaitivu mungkin tak sebanyak yang dinyatakan LTTE", tapi keganasan serangan itu memperlihatkan kelompok Macan tersebut mencatat nilai penting.

Mullaitivu, yang terletak di bagian timurlaut Sri Lanka dan di sebelah utara pangkalan utama pemberontak, memiliki nilai strategis bagi LTTE.

Berbekal harapan

LTTE, yang tidak memperlihatkan tanda akan mengakhiri 20 tahun upayanya untuk mendirikan negara Tamil merdeka, ketika dibentuk pada 1976 hanya berupa kelompok kecil di bagian utara Sri Lanka.

Kelompok gerilya fanatik tersebut saat itu hanya memiliki sedikit senapan bekas dan impian untuk mendirikan negara terpisah di seluruh wilayah utara dan timur Sri Lanka.

Saat itu, tak banyak orang, di wilayah Tamil sekalipun, tahu mengenai LTTE dan segelintir orang memandangnya dengan seksama setelah kegiatan bawah tanahnya mulai menjatuhkan personil polisi dan "informan" di Jaffna, demikian dilaporkan AFP.

Pengikut-pengikutnya yang setia percaya bahwa etnik Tamil, kelompok minoritas yang terdiri atas dua juta orang, didiskriminasi oleh etnik mayoritas Sinhala di negara berpenduduk hampir 17 juta itu dan mereka dapat selama jika memisahkan diri dari Sri Lanka.

Dalam diri Vellupillai Prabhakaran, yang kini berusia 42 tahun, mereka menemukan jiwa seorang pemimpin.

Prabhakaran dilaporkan memiliki "orak cemerlang dalam bidang militer dan ditakuti serta dihormati oleh musuh- musuhnya sekalipun".

Prabhakaran, anak keempat dari keluarga menengah, dilahirkan di suatu kota nelayan di ujung utara Sri Lanka November 1954.

Ia tak berhasil menamatkan sekolahnya dan menjadi anggota militan Tamil pada usia 16 tahun. Ia membentuk suatu kelompok kecil yang dikenal dengan nama Macan Baru Tamil (TNT), yang menjadi cikal-bakal LTTE.

Setelah mengalami masa pasang-surut, Prabhakaran berhasil menempa LTTE menjadi satu kelompok kuat yang telah menyingkirkan saingan-saingan mereka dalam masyarakat, melawan militer India dan bertekad memecah negara yang indah tersebut.

Belum lumpuh?

LTTE saat ini diperkirakan memiliki hampir 6.000 anggota, banyak di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan berusia di bawah 20 tahun yang cukup cekatan dalam menggunakan berbagai jenis senjata.

Beberapa tahun lalu, seorang bekas anggota dinas rahsia Israel, Mossad, menyatakan dalam buku "The Art of Deception" bahwa militer dan pemberontak Sri Lanka mendapat pelatihan dari agen-agen dinas rahasia Israel.

Meskipun kehilangan Jaffna, kelompok tersebut masih menguasai banyak wilayah di Sri Lanka Utara termasuk hampir seluruh distrik Mullaitivu.

LTTE memiliki beberapa kapal untuk menyelundupkan senjata dan kantor di banyak negara.

Kelompok itu juga memiliki dinas intelijen, regu pembom bunuh diri yang telah menimbulkan kekacauan di Sri Lanka dan tetangganya, India, angkatan laut yang dikenal dengan nama Macan Laut, dan pernah mempunyai polisi intern.

Pada Juli 1983, LTTE meledakkan dua kendaraan militer di Jaffna dan menewaskan 13 prajurit. Tindakan itu mencetuskan aksi kekerasan terhadap etnik Tamil di Sri Lanka dan sebanyak 600 penduduk sipil tapi LTTE memperoleh banyak anggota baru.

LTTE dan kelompok-kelompok lain Tamil mengembangkan kekuatan dari tahun 1983, sebagian berkat bantuan diam- diam India. Namun LTTE segera menghancurkan saingan- saingannya dan mengobarkan perang melawan tentara India yang dikirim ke bagian utara dan timur Sri Lanka tahun 1987.

Kelompok Macan tersebut mengumumkan gencatan senjata dengan Kolombo pada 1989 dan menguasai seluruh wilayah timurlaut setelah tentara India ditarik pada 1990. Tetapi kelompok pemberontak itu mengobarkan perang kembali bulan Juni tahun lalu.

Prabhakaran sekali lagi mengadakan pembicaraan perdamaian dengan pemerintah Sri Lanka di 1994, setelah Chandrika Kumaratunga menjadi presiden. Pada April 1995, ia kembali memilih jalur perang dan berjanji akan mendirikan negara bernama Eelam.

Serangan mengejutkan tanggal 18 Juli dijadikan isyarat oleh kelompok gerilya itu untuk "membuktikan perkiraan banyak pengulas bahwa LTTE kocar-kacir setelah kekalahan di Jaffna pada Desember sama sekali tidak benar", dan aksi tersebut menjadi pukulan moral cukup keras bagi Kolombo. (21/07/96 11:20)

Tidak ada komentar: