Jumat, 02 Mei 2008

PERANG SAUDARA TAK TERELAKKAN DI YAMAN

Oleh Chaidar Abdullah

Jakarta, 6/5 (ANTARA) - Penyatuan Yaman Utara dan Selatan, yang belum genap empat tahun, benar-benar rusak dengan berkecamuknya penyerangan terhadap bandar udara di dua kota utama negara yang para pemimpinnya bertikai itu, Sanaa -- ibukota Yaman bersatu -- dan Aden, ibukota bekas Yaman Utara.

Parlemen Yaman, yang melakukan pemungutan suara dalam mosi tak percaya terhadap para pemimpin pemisahan diri dalam tubuh Partai Sosialis Yaman (YSP) pimpinan Wakil Presiden Ali Salem Al-Baidh, memutuskan pemecatan bekas pemimpin Yaman Selatan itu.

Parlemen Yaman, yang sebelumnya telah diperkirakan bermaksud melucuti jabatan Al-Baidh dan pejabat lain YSP, Salem Saleh Mohammad, dari Dewan Kepresidenan lima anggota yang terpilih tahun lalu, memutuskan, "Setiap tindakan atau keputusan yang dilakukan Al-Baidh atau pendukungnya mulai saat ini dianggap tidak sah."

Parlemen Yaman juga memutuskan untuk memecat Menteri Pertahanan Haitam Qassem Taher dan akan mengadili pejabat dari Yaman Selatan itu.

Bulan Februari, Jenderal Taher tidak mau mematuhi perintah Saleh untuk menarik pasukan Yaman Selatan ke tangsi-tangsi di wilayah Abyan.

Pertempuran tersebut, yang terjadi setelah bentrokan akhir April yang menewaskan atau melukai 200 prajurit, dilaporkan berkecamuk setelah sengketa yang berlarut antara kedua pemimpin Yaman itu.

Al-Baidh terlibat percekcokan yang tak kunjung usai dengan Presiden Ali Abdullah Saleh dari Yaman Utara sejak Agustus tahun lalu.

Penyerangan bandar udara Sanaa membuat Saleh mengumumkan keadaan darurat selama 30 hari.

Kantor berita AFP, dengan mengutip kantor berita Yaman (SABA), melaporkan bahwa pasukan Yaman Selatan menderita kerugian besar dalam bentrokan dengan pasukan Utara di tujuh dari 17 provinsi di Yaman dan lima pesawatnya ditembak jatuh.

Pertempuran berkecamuk di Lahij, Abyan, Bayda, Taiiz, Raha, dan Dhamar, Aden, serta Ibb, yang terletak di bekas perbatasan kedua wilayah itu.

Sejumlah prajurit Yaman Selatan dilaporkan menyerahkan diri dan tak mau terlibat dalam "komplotan yang dicetuskan oleh penjahat perang Al-Baidh".

Tetapi, Yaman Selatan menyatakan, banyak prajurit Utara menyerahkan diri dan 14 tewas dalam pertempuran di dekat bandar udara Aden, Yaman Selatan.

Seorang diplomat di Sanaa menyatakan pertempuran sengit berkecamuk di dekat istana Saleh.

Seorang pejabat Yaman Utara menyatakan tak ada kerusakan akibat penyerangan terhadap bandar udara Sanaa, tetapi beberapa diplomat Barat di ibukota Yaman itu melaporkan bom mengakibatkan landasan pacu bandar udara tersebut "rusak ringan".

Bandara Aden rusak

Dua pesawat Yaman Selatan hari Kamis dilaporkan menyerang bandar udara Sanaa dan beberapa instalasi lain, serta kota Hudaidah dan Taiiz, tetapi dipaksa mundur dengan tembakan anti-pesawat yang berlangsung selama 30 menit.

Penyerangan itu, menurut pihak Yaman Selatan, dilancarkan sebagai pembalasan atas serangan dua pesawat tempur Yaman Utara terhadap bandar udara di Aden.

Akibat penyerangan tersebut, bandar udara Sanaa ditutup dan hari Kamis tak ada penerbangan baik ke maupun dari kota tersebut.

Bandar udara Aden dilaporkan rusak berat akibat pemboman pesawat-pesawat tempur Yaman Utara dan saluran telefon Aden-Sanaa putus.

Beberapa sumber perusahaan minyak dan pelayaran mengatakan kepada kantor-kantor berita trans-nasional bahwa pertempuran telah membuat pelabuhan Aden ditutup dan kegiatan bongkar-muat pun terhenti.

Satu grup perusahaan minyak di London menyatakan bermaksud menarik stafnya dan keluarga mereka dari Yaman, meskipun tak ada penjelasan mengenai cara pengungsian tersebut.

Tiga puluh perusahaan minyak asing saat ini beroperasi di ladang-ladang minyak utama Yaman.

Meskipun demikian, keadaan di bekas ibukota Yaman Selatan tersebut dilaporkan tak menentu, sementara Kedutaan Besar Inggris di Sanaa menyatakan semua kedutaan besar Barat sedang mempertimbangkan rencana untuk mengungsikan warga negara mereka dari negara di ujung Semenanjung Arab tersebut.

Perancis dilaporkan mulai mengungsikan warga negaranya dan di Washington, Departemen Luar Negeri AS menyarankan warga negaranya agar meninggalkan Yaman.

Kian terjerumus

Beberapa saat setelah penyerangan bandar udara Sanaa, radio Yaman menyiarkan pernyataan Kementerian Pertahanan, yang menuduh Al-Baidh menjerumuskan negeri itu ke kancah pertempuran.

Al-Baidh terlibat percekcokan dengan Saleh dan Kongres Rakyat Umum (GPC) sejak Agustus tahun lalu dan kini tampaknya menjadi tempat menumpahkan kekesalan.

Ia, dan "anasir seksesionis" dalam tubuh YSP, dituduh menyeret negeri tersebut ke dalam perang saudara, tetapi Yaman Selatan balik menuduh Utara memicu pertumpahan darah.

Al-Baidh telah berulang kali menuduh GPC menewaskan lebih dari 150 anggota YSP dan itu sebabnya -- karena alasan keamanan -- ia tak mau menempati posnya di Sanaa.

Pertempuran paling akhir tersebut meletus beberapa hari sebelum peringatan empat tahun bersatunya Yaman Utara dan Selatan. Kedua bekas negara itu bersatu tanggal 22 Mei 1990, tetapi militer keduanya -- yang masing-masing berjumlah 30.000 personel -- tak pernah bersatu.

Upaya untuk merujukkan Saleh dan Al-Baidh telah dilakukan beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Jordania, dan Oman, tetapi semuanya gagal.

Oman -- yang bertetangga dengan Yaman -- bulan April berusaha mengajak kedua pemimpin Yaman kembali ke persetujuan yang ditandatangani di ibukota Jordania, Amman. Persetujuan tersebut ditandatangani Saleh dan Al-Baidh bulan Februari.

Upaya Oman itu pun gagal lagi dan pemerintah di Maskat menyatakan mundur dari upaya penengahan Arab bagi Yaman.

Beberapa saat sebelum pertempuran meluas, beberapa penengah dari Liga Arab berusaha mengunjungi Yaman tetapi pesawat yang mereka tumpangi tak dapat mendarat akibat pemboman bandar udara Sanaa.

Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ismat Abdul Majid, menyeru semua pihak di Yaman agar mengakhiri pertempuran dan menghindari perang saudara.

Upaya penengahan juga dilancarkan oleh negara-negara Barat.

Seruan serupa juga disampaikan Arab Saudi, yang menyeru pihak-pihak yang bertikai di Yaman agar meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan lain serta mengakhiri pertempuran.

Tetapi, semua upaya penengahan dan seruan tersebut tidak menghasilkan apa-apa dan Yaman semakin dalam terseret ke kancah perang saudara.

Radio Sanaa melaporkan bahwa parlemen Yaman, yang bersidang hari Kamis, mengeluarkan pernyataan yang mendesak militer serta rakyat negeri tersebut agar mendukung Saleh dan "tidak mengacuhkan perintah dari orang lain."

Percekcokan tersebut berpusat pada cara memerintah Yaman bersatu, yang memiliki hampir 13 juta penduduk, 2,4 juta di antaranya tinggal di Yaman Utara.

Pertempuran paling akhir itu semakin menimbulkan kekhawatiran bahwa negara dengan hasil minyak 340.000 barel per hari tersebut akan terpecah lagi dan terjerumus ke kancah perang saudara berkepanjangan. ( 6/05/94 08:41/ )

Tidak ada komentar: